Senin, 05 April 2010

Perjalanan Menuju Ultah JCFC

Perkenalkan, nama saya Andy. Kisah ini hanya semata imajinasi saya, terjadinya kisah ini waktu pertama kali saya naik kereta api jurusan Malang – Jakarta Tuk menyambut Ultah JCFC yang pertama.

Emang inilah perjalanan Pertama saya naik kereta api, apalagi saat itu ane naik kereta api kelas ekonomi banget hanya Rp 55 ribu, Ada yang saya takuti? Sama sekali tidak. Jantung saya berdebar-debar karena penumpang di samping saya yang sejak tadi merebahkan kepalanya di atas bahuku. Penumpang itu, seorang mahasiswi cantik dari UB yang memperkenalkan dirinya, namanya Henny. Dia berumur kurang lebih 20 tahun, dengan tubuh padat dan kulitnya yang bersih. Meskipun sebagian besar penumpang di atas K.A. matarmaja sudah lelap, mata saya bahkan tidak mau saya pejamkan. Padahal waktu itu arloji sudah menunjukkan pada angka satu. Jam satu malam. Tidak ada lagi suara orang bercakap-cakap atau bergurau. Semua sudah larut dalam mimpinya sendiri-sendiri. Jantungku tambah berdebar ketika dari balik selimutnya, cewe tersebut menyentuh dada saya yang juga tertutup selimut.

Ketika jari-jari tangan kanannya mulai meraba-raba dada saya, rasanya saya mau berteriak keras-keras ingin memberontak karena kehormatan saya sebagai seorang lelaki sedang dinodai. Tetapi saya malu. Nanti orang segerbong akan terbangun semua. Terpaksa saya biarkan saja. Rabaannya makin lama makin aktif. Mula-mula dielus-elusnya seluruh permukaan dada saya, lalu diremasnya pelan-pelan. Kadang, dada saya ditekan-tekan, lalu diremas-remas lagi. Demikian berganti-ganti dada kanan dan kiri. Setelah meraba, menekan dan meremas-remas, putingnya dipilin-pilin di antara jari telunjuk dan ibu jarinya. Mula-mula terasa geli, tetapi lama kelamaan terasa nikmat. penis saya makin lama makin besar.

Tidak itu saja. Tangan cewe itu juga mulai turun, mengelus-ngelus perutku. Ke bawah lagi, tangan itu menggelitik penisku. Mula-mula telurku diusap-usap dengan keempat jarinya, sambil ibu jarinya menekan-nekan pangkal penisku. Rasanya semakin nikmat. Kini saya tidak lagi dan berniat akan berteriak. Saya menikmati perangsangan pada penisku. Belum lagi sesekali jari telunjuknya menggelitik lubang kencingku. Aduh, bukan makin. Birahiku semakin terbangun setelah sekian lama saya tidak merasakan birahi yang memang sudah saya tunggu-tunggu. Cairan penisku mulai merembes membasahi jarinya. Saya rasakan debar jantung saya semakin kuat, nafasku sedikit tersengal. Tetapi di tengah gejolak berahiku tersebut, Henny langsung berbisik, "Kita lanjutkan, di kamar kecil. Saya tunggu!"

Entah setan mana yang telah merasuki tubuhku. Yang jelas, bagaikan kerbau dicocok hidungnya, beberapa menit kemudian, saya menyusul cewe tadi. Sampai di depan kamar kecil, pintunya sudah dibuka oleh Henny. Saya kemudian masuk.
"Aduh... Bapak Ganteng sekali..."
Tersentak juga saya mendengar ucapan Henny tadi (gantengkah saya?), tentu.. Namun belum sempat saya menyambut ucapan Henny yang wajahnya imut-imut, leherku sudah dipeluk dengan kedua tangannya.

Bibirnya segera menerkam dan melumat bibir saya. Ditekannya kuat-kuat, sampai hidung saya tertindih hidung Henny. Karena jadi sulit bernafas, tanganku mendorong dada henny. Tetapi Henny bukannya mundur, tetapi justru serangannya semakin menggebu, hanya sekarang ke wilayah leher, bawah telinga, serta daerah dagu. Itu semua adalah daerah yang sensitif bagi saya., terlihat dari gerakannya yang seperti harimau kelaparan yang ingin cepat-cepat merobek dan memamah mangsanya. Saya sendiri sangat terangsang dengan bau parfum Henny. Dan gelegak birahiku itu cukup dipuasi dengan amukan nafsu birahi serangan total Henny.

Disamping wajahnya yang dienduskan ke seluruh tubuh saya, kedua tangannya seolah memegang kemudi yaitu dada saya. Meremas, menggoyang-goyang, memutar-memutar dan entah diapakan lagi, semuanya memberikan kenikmatan yang luar biasa. Dikulumnya penisku dengan begitu pelannya membuat aku hamper mencapai klimaks. Kemudian diarahkannya penis saya ke vagina Henny, saya seolah diajak terbang memasuki alam maya surga kenikmatan yang sudah lama tidak saya rasakan. Pegangan tanganku ke payudaranya kadang berpindah ke arah pantatnya. Rasanya diperlukan lima pasang tangan lagi untuk dapat meraba, menggerayangi, memijat-mijat seluruh tubuh cewe yang sintal ini sekaligus. Kemudian pindah lagi, sekarang kedua telapak tanganku mencubit dan mencowel pantatnya seperti mencowel kue.

Karena mungkin terasa sakit, dengan manjanya dia membisikkan, "Sakit Mas..."
"Habis gemes siih..." jawabku sambil mencowel lagi.
"Aduhh... Mas... jangan... sakit... sakit sekali... Mas nakal..." desahnya
Lama-lama saya tidak kuat lagi bergumul sambil berdiri seperti ini. Denyut jantungku makin meningkat, mengalirkan aliran listrik kebirahian di sekujur tubuhku. Ditambah lagi dengan sentuhan lembut dari Henny.

"Mas Andy... saya sudah ngga kuat Mas... masukkan sekarang Mas..."
"He ehh.. iya... iya... sayang..." kataku terbata-bata.

Saya dudukkan dia di atas wastafel, setengah duduk setengah berdiri. Kemudian saya arahkan penis saya pelan-pelan ke liang vaginanya.
"Bleeessss..," bunyi batang kejantananku memasuki liang nikmatnya.
"Aduh... nikmatnya..." teriakku dalam hati.
Setelah masuk, penis itu ku diamkan, tidak ditarik keluar. Ini merangsang dinding bagian dalam vaginanya yang langsung mulai meremas-remas benda hangat tadi. Saya rasakan vaginanya seperti berdenyut. Orgasmus. Oh... alangkah nikmatnya. Meremas secara ritmis, mula-mula kuat, lama-lama melemah seiring dengan dengusan nafasku yang makin cepat dan tidak teratur.

Ibarat seorang musafir yang sudah berhari-hari kehausan di tengah padang pasir, itulah rasa nikmat yang saya dapatkan lewat penis saya. Sudah lama tidak diberi "makan". Kenikmatan ini terulang lagi manakala sambil menciumi pipi dan bibirnya, batang penis saya masukan,kemudian saya tarikkan perlahan-lahan dari liang vaginanya yang merekah. Listrik birahi makin meningkat voltasenya. Entah berapa kali vaginanya ber-orgasmus secara beruntun dalam jarak yang demikian pendek. Mungkin lima kali atau lebih Henny merasakan orgasmus.
"Hebat benar lawan mainku saat ini." kata saya dalam hati karena merasakan nikmat tiada tara.

Kini badan saya mulai lemas. Orgasmus yang saya rasakan memakan energi yang cukup banyak. Ya... seperti energi seseorang yang bergulat sambil berlari. Keringat panas keluar dari tubuh saya bercampur dengan keringat Henny yang benar-benar menaikkan birahi kami.
"Saya tembakkan sekarang ya... yang.. sayang...?" bisik saya lembut.
"He... ehh.. saya sudah terangsang sekali Mas..."
Kini batang kejantanan saya makin "memompa" vaginanya. Masuk-keluar dan terus masuk-keluar. Mula-mula pelan kemudian makin lama makin cepat. Vaginanya terasa seperti di"charge" (disetrum listrik).

"Terus... terus... masuk-keluar... masuk-keluar... in-out... in-out... terus..." pintaku dalam hati karena membawa perasaan yang luar biasa., saya tidak dapat menceritakan rasanya. Bila saja saat ini saya terbaring di tempat tidur, saya pasti akan bergolek menggeliat-geliat seperti cacing menari di saat kepanasan.

Tiba-tiba, "Dukk..!" batang kejantanan milik saya berhenti bergerak, masuk sangat dalam ke liang wanitanya. rupanya saya mengalami ejakulasi. Air mani saya menyemprot keras ke dalam liang vaginanya. Rasanya saya seperti kram. Saya lihat Henny menikmati sekali puncak kepuasan itu, demikian juga saya. Nafas kami mulai mengendor. Rasanya seperti baru saja megikuti lomba lari cepat. Kami berdua mandi keringat. Keringat birahi. Keringat kenikmatan di atas sebuah gerbong kereta api yang sedang berjalan.

__________________
Tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar