Senin, 05 April 2010

Pesta Sex] Kejutan

Hari itu adalah hari Minggu sebulan setelah peristiwaku di vila bersama Pak Imam dan Muklas ,selama ini aku belum ke sana lagi akibat kesibukan kuliahku. Hari Minggu itu aku pergi ke sana untuk refreshing seperti biasa karena Seninnya tanggal merah atau libur. Kali ini aku tidak sendiri tapi bersama 2 orang teman cewekku yaitu Kiki dan Indah, kami semua adalah teman akrab di kampus, sebenarnya geng kami ini ada 4 orang, satu lagi si Ratna yang hari ini tidak bisa ikut karena ada acara dengan keluarganya.

Kami sama-sama terbuka tentang seks dan sama-sama penggemar seks, Kiki dikaruniai tubuh putih mulus tinggi semampai dengan buah dada yang bulat montok berukuran 38B yang membuat pikiran kotor para cowok melayang-layang, beruntunglah mereka karena Kiki tidak sulit diajak "naik ranjang" karena dia sudah ketagihan seks sejak SMP. Sedangkan Indah mempunyai wajah yang imut dengan rambut panjang yang indah, bodynya pun tidak kalah dari Kiki walaupun payudaranya lebih kecil, namun dibalik wajah imutnya ternyata Indah termasuk cewek yang lihai memanfaatkan cowok, sudah berkali-kali dia ganti pacar gara-gara sifat materenya. Sedangkan aku sendiri sepertinya kalian sudah tahulah cewek seperti apa aku ini dari cerita-ceritaku dulu.

Baiklah, sekarang kita kembali ke kejadian hari itu yang rencananya mau mengadakan orgy party setelah sekian lama otak kami dijejali bahan-bahan kuliah dan urusan sehari-hari. Waktu itu Kiki protes karena aku tidak memperbolehkannya mengajak teman-teman cowok yang biasa diajak, begitu juga Indah yang ikut mendukung Kiki karena pacarnya juga tidak boleh diajak.
"Emangnya lu ngundang siapa lagi sih Ni, masa si Chevy aja ga boleh ikutan ?" kata Indah
"Iya nih, emangnya kita mau pesta lesbian apa, wah gua kan cewek normal nih" timpal Kiki
"Udahlah, lu orang tenang aja, cowok-cowoknya nanti nyusul, pokoknya yang kali ini surprise deh ! dijamin kalian puas sampe ga bisa bangun lagi deh"
Aku ingin sedikit membuat kejutan agar acara kali ini lain dari yang lain, karena itulah aku merahasiakan siapa pejantannya yang tidak lain adalah penjaga vilaku dan vila tetanggaku, Pak Imam dan Muklas.

Kemarinnya aku memang sudah mengabari Pak Imam lewat telepon bahwa aku besok akan ke sana dengan teman-temanku yang pernah kujanjikan pada mereka dulu. Pak Imam tentu antusias sekali dengan acara kali ini, kami telah mengatur skenario acaranya agar seru. Beberapa jam kemudian kami sampai di villaku, Pak Imam seperti biasa membukakan pintu garasi, bola matanya melihat jelalatan pada kami terutama Kiki yang hari itu pakaiannya seksi berupa rok mini dan sebuah tank top merah berdada rendah sehingga payudaranya seakan mau keluar. Dia kusuruh keluar dulu sampai aku memberi syarat padanya, dia menunggunya di villa tetangga yang tidak lain vila yang dijaga si Muklas. Setelah membereskan barang bawaan, kami menyantap makan siang, lalu ngobrol-ngobrol dan istirahat. Indah yang daritadi kelihatan letih terlelap lebih dulu. Kami bangun sore hari sekitar jam 4 sore.

"Eh"sambil nunggu cowok-cowoknya mendingan kita berenang dulu yuk" ajakku pada mereka
Aku melepaskan semua bajuku tanpa tersisa dan berjalan ke arah kolam dengan santainya
"Wei"gila lo Ni, masa mau berenang ga pake apa-apa gitu, kalo keliatan orang gimana ?" tegur Indah
"Iya Ni, lagian kan kalo si tua Imam itu dateng gimana tuh" sambung Kiki
"Yah kalian, katanya mo party, masa berenang bugil aja ga berani, tenang aja Pak Imam udah gua suruh jangan ke sini sampai kita pulang nanti" bujukku sambil menarik tangan Kiki
Di tepi kolam mereka masih agak ragu melepas pakaiannya, alasannya takut kepergok tetangga, setelah kutantang Kiki baru mulai berani melepas satu demi satu yang melekat di tubuhnya, aku membantu Indah yang masih agak malu mempreteli pakaiannya. Akhirnya kami bertiga nyebur ke kolam tanpa memakai apapun.

Perlahan-lahan rasa risih mereka pun mulai berkurang, kami tertawa-tawa, main siram-siraman air, dan balapan renang kesana kemari dengan bebasnya. Mungkin seperti inilah kira-kira gambaran tempat pemandian di istana haremnya para raja. Sesudah agak lama bermain di air aku naik ke atas dan mengelap tubuhku yang basah, lalu membalut tubuhku dengan kimono.
"Ni, sekalian ambilin kita minum yah" pinta Kiki
Akupun berjalan ke dalam dan meminum segelas air.
"Ok, it"s the showtime" gumamku dalam hati, inilah saat yang tepat untuk menjalankan skenario ini. Aku segera menelepon vila sebelah menyuruh Pak Imam dan Muklas segera kesini karena pesta akan segera dimulai.

"Iya neng, kita segera ke sana" sahut Muklas sambil menutup gagang telepon
Hanya dalam hitungan menit mereka sudah nampak di pekarangan depan vilaku. Aku yang sudah menunggu membukakan pintu untuk mereka.
"Wah udah ga sabaran nih, dari tadi cuma ngintipin neng sama temen-temen neng dari loteng" kata Pak Imam
"Pokoknya yang payudaranya gede itu buat saya dulu yah neng" ujar Muklas merujuk pada Kiki.
"Saya juga mau yang dadanya aduhai itu neng" lanjut Pak Imam
"Iya tenang, sabar, Pokoknya semua kebagian, ok" kataku "yang penting sekarang surprise buat mereka dulu"
Setelah beberapa saat berbicara kasak-kusuk, akhirnya operasipun siap dilaksanakan. Pertama-tama dimulai dari Kiki. Aku berjalan ke arah kolam membawakan mereka dua gelas air, disana Indah sedang tiduran di kursi santai tanpa busana, sementara Kiki masih berendam di air.

"Ki, lu bisa ke kamar gua sebentar ga, gua mo minta tolong dikit nih" pintaku padanya "lu lap badan dulu gih, gua tunggu di sana"
Aku masuk ke dalam terlebih dahulu dan duduk di pingir ranjang menunggunya. Di balik pintu itu Pak Imam dan Muklas yang sudah kusuruh bugil telah siap memangsa temanku itu, kemaluan mereka sudah mengeras dan berdiri tegak seperti pedang yang terhunus. Tak lama kemudian Kiki memasuki kamarku sambil mengelap rambutnya yang masih basah.
"Kenapa Ni, ada perlu apa emang ?" tanyanya.
"Ngga, cuma mau ngasih surprise dikit kok" jawabku dengan menyeringai dan memberi aba-aba pada mereka. Sebelum Kiki sempat membalikkan badan, sepasang lengan hitam sudah memeluknya dari belakang dan tangan yang satunya dengan sigap membekap mulutnya agar tidak berteriak. Kiki yang terkejut tentu saja meronta-ronta , namun pemberontakkan itu justru makin membakar nafsu kedua orang itu.

Pak Imam dengan gemas meremas payudara kirinya dan memilin-milin putingnya. Si Muklas berhasil menangkap kedua pergelangan kakinya yang menendang-nendang. Dibentangkannya kedua tungkai itu, lalu dia berjongkok dengan wajah tepat di hadapan kemaluan Kiki.
"Wah jembutnya lebat juga yah, kaya si neng" komentar Muklas sambil menyentuhkan lidahnya ke liang vagina Kiki, diperlakukan seperti itu Kiki cuma bisa merem melek dan mengeluarkan desahan tertahan karena bekapan Pak Imam begitu kokoh.
"Hei, jangan rakus dong Klas, dia kan buat Pak Imam, tuh jatahlu masih nunggu di luar sana" kataku padanya
Mengingat kembali sasarannya semula, Muklas menurunkan kembali kaki Kiki dan bergegas menuju ke kolam.
"Jangan terlalu kasar yah ke dia, bisa-bisa pingsan gara-gara lu" godaku

Setelah Muklas keluar tinggallah kami bertiga di kamarku. Pak Imam langsung menghempaskan dirinya bersama Kiki ke ranjang spring bed-ku. Tak berapa lama terdengarlah jeritan Indah dari kolam, aku melihat dari jendela kamarku apa yang terjadi antara mereka. Indah terpelanting dari kursi santai dan berusaha melepaskan diri dari Muklas. Dia berhasil berdiri dan mendapat kesempatan menghindar, tapi kalah cepat dari Muklas, tukang kebun itu berhasil mendekapnya dari belakang lalu mengangkat badannya.
"Jangan"tolong !!" jeritnya sambil meronta-ronta dalam gendongan Muklas
Muklas dengan santai membawa Indah ke tepi kolam, lalu dilemparnya ke air, setelah itu dia ikutan nyebur. Dia air Indah terus berontak saat Muklas menggerayangi tubuhnya dalam himpitannya. Sekuat apapun Indah tentu saja bukan tandingan Muklas yang sudah kesurupan itu. Perlawanan Indah mengendur setelah Muklas mendesaknya di sudut kolam, riak di kolam juga mulai berkurang. Tidak terlalu jelas detilnya Muklas menggerayangi tubuh Indah, tapi aku dapat melihat Muklas memeluk erat Indah sambil melumat bibirnya.

Kutinggalkan mereka menikmati saat-saat nikmatnya untuk kembali lagi pada situasi di kamarku. Aku lalu menghampiri Pak Imam dan Kiki untuk bergabung dalam kenikmatan ini. Sama seperti Indah, Kiki juga menjerit-jerit, namun jeritannya juga pelan-pelan berubah menjadi erangan nikmat akibat rangsangan-rangsangan yang dilakukan Pak Imam. Waktu aku menghampiri mereka Pak Imam sedang menjilati paha mulus Kiki sambil kedua tangannya masing-masing bergerilya pada payudara dan kemaluan Kiki.
"Aduh Ni"tega-teganya lu nyerahin kita ke orang-orang kaya gini"ahhh !!" kata Kiki ditengah desahannya
"Tenang Ki, ini baru namanya surprise, sekali kali coba produk kampung dong" kataku seraya melumat bibirnya

Aku berpagutan dengan Kiki beberapa menit lamanya. Jilatan Pak Imam mulai merambat naik hingga dia melumat dan meremas payudara Kiki secara bergantian, sementara tangannya masih saja mengobok-obok vaginanya. Desahan Kiki tertahan karena sedang berciuman denganku, tubuhnya menggeliat-geliat merasakan nikmat yang tiada tara.
"Hhhmmhh"tetek Neng Kiki ini gede juga ya, lebih gede dari punya Neng" kata Pak Imam disela aktivitasnya.
Memang sih diantara kami bereempat, payudara Kiki termasuk yang paling montok. Menurut pengakuannya, cowok-cowok yang pernah ML dengannya paling tergila-gila mengeyot benda itu atau mengocok penis mereka diantara himpitannya. Pak Imam pun tidak terkecuali, dia dengan gemas mengemut susunya, seluruh susu kanan Kiki ditelan olehnya dan Pak Imam juga mengocok penisnya diantara himpitan payudara montok Kiki".ach..aach..desah Kiki yang sangat menikmati kocokan penis di payudaranya.

Puas menetek pada Kiki, Pak Imam bersiap memasuki vagina Kiki dengan penisnya. Kulihat dalam posisinya diantara kedua belah paha Kiki dia memegang penisnya untuk diarahkan ke liang itu.
"Ouch"sakit , duh kasar banget sih babu lu" Kiki meringis dan mencengkram lenganku waktu penis super Pak Imam mendorong-dorongkan penisnya dengan bernafsu
"Tahan Ki, ntar juga lu keenakan kok, pokoknya enjoy aja" kataku sambil meremasi kedua payudaranya yang sudah basah dan merah akibat disedot Pak Imam.
Pak Imam menyodokkan penisnya dengan keras sehingga Kiki pun tidak bisa menahan jeritannya, Kiki kelihatan mau menangis nampak dari matanya yang sedikit berair.Pak Imam mulai menggarap Kiki dengan genjotannya. Aku merasakan tangan Kiki menyelinap ke bawah kimonoku menuju selangkangan, eennghh"aku mendesah merasakan jari-jari Kiki menggerayangi kemaluanku.

Aku lalu naik ke wajah Kiki berhadapan dengan Pak Imam yang sedang menggenjotnya. Kiki langsung menjilati kemaluanku dan Pak Imam menarik tali pinggang kimonoku sehingga tubuhku tersingkap. Dengan terus menyodoki Kiki, dia meraih payudaraku yang kiri, mula-mula dibelainya dengan lembut tapi lama-lama tangannya semakin keras mencengkramnya sampai aku meringis menahan sakit. Dia juga menyorongkan kepalanya berusaha mencaplok payudara yang satunya. Aku yang mengerti apa maunya segera mencondongkan badanku ke depan sehingga dadaku pun makin membusung indah. Ternyata dia tidak langsung mencaplok payudaraku, tetapi hanya menjulurkan lidahnya untuk menjilati putingku menyebabkan benda itu makin mengeras saja. Aku merasakan sensasi yang luar biasa, geli bercampur nikmat. Sapuan-sapuan lidah Kiki pada vaginaku membuat daerah itu semakin becek, bukan cuma itu saja Kiki juga mengorek-ngoreknya dengan jarinya.

Aku mendesah tak karuan marasakan jilatan dan sedotan pada klistoris dan putingku. Ciuman Pak Imam merambat naik dari dadaku hingga hinggap di bibirku, kami berCiuman dengan penuh nafsu. Tidak kuhiraukan nafasnya yang bau rokok, lidah kami beradu dengan liar sampai ludah kami bercampur baur.
"Aahh"oohh"gua dah mau"Pak !!" erang Kiki bersamaan dengan tubuhnya yang mengejang dan membusur ke atas.
Melihat reaksi Kiki, Pak Imam semakin memperdahsyat sodokannya dan semakin ganas meremas dadanya. Aku sendiri tidak merasa akan segera menyusul Kiki, dibawah sana seperti mau meledak rasanya. Dalam waktu yang hampir bersamaan aku dan Kiki mencapai klimaks, tubuh kami mengejang hebat dan cairan kewanitaanku tumpah ke wajah Kiki. Erangan kami memenuhi kamar ini membuat Pak Imam semakin liar.

Setelah aku ambruk ke samping, Pak Imam menindih Kiki dan mulai menciuminya, dijilatinya cairan cintaku yang blepotan di sekitar mulut Kiki, tangannya tak henti-hentinya menggerayangi payudara montok itu, seolah-oleh tak ingin lepas darinya.
"Hhmmpphh"sluurrpp"cup"cup?" demikian bunyinya saat mereka bercipokan, lidah mereka saling membelit dan bermain di rongga mulut masing-masing. Pak Imam cukup pengertian akan kondisi Kiki yang mulai kepayahan, jadi setelah puas berciuman dia membiarkannya memulihkan tenaga dulu. Dan kini disambarnya tubuhku, padahal gairahku baru naik setengahnya setelah orgasme barusan. Tubuhku yang dalam posisi tengkurap diangkatnya pada bagian pinggul sehingga menungging. Dia membuka lebar bibir vaginaku dan menyentuhkan kepala penisnya disitu. Benda itu pelan-pelan mendesak masuk ke vaginaku. Aku mendesah sambil meremas-remas sprei menghayati proses pencoblosan itu.

Permainan Pak Imam sungguh membuatku terhanyut, dia memulainya dengan genjotan-genjotan pelan, tapi lama-kelamaan sodokannya terasa makin keras dan kasar sampai tubuhku berguncang dengan hebatnya. Aku meraih tangannya untuk meremasi payudaraku yang berayun-ayun. Tiba-tiba suara desahan Kiki terdengar lagi menjari sahut menyahut dengan desahanku. Gila, penjaga vilaku ini mengerjai kami berdua dalam waktu bersamaan, bedanya aku dikocok dengan penis sedangkan Kiki dikocok dengan jari-jarinya. Kiki membuka pahanya lebih lebar lagi agar jari-jari Pak Imam bermain lebih leluasa.
"Aduhh"aahh"gila Ki"enak banget !!" ceracauku sambil merem-melek
"Oohh"terus Pak"kocok terus" Kiki terus mendesah dan meremas-remas dadanya sendiri, wajahnya sudah memerah saking terangsangnya.

"Yak"dikit lagi"aahh"Pak"udah mau" aku mempercepat iramaku karena merasa sudah hampir klimaks
"Neng Nia"Neng Kiki"bapak juga"mau keluar"eerrhh" geramnya dengan mempercepat gerakkannya.
Penis itu terasa menyodok semakin dalam bahkan sepertinya menyentuh dasar rahimku. Sebuah rintihan panjang menandai orgasmeku, tubuhku berkelejotan seperti kesetrum. Kemudian dia lepaskan penisnya dari vaginaku dan berdiri di ranjang. Disuruhnya Kiki berlutut dan mengoral penisnya yang berlumuran cairan cintaku. Kiki berlutut mengemut penis basah itu sambil tangan kanannya mengocok vaginanya sendiri yang tanggung belum tuntas. Aku bangkit perlahan dan ikut bergabung dengan Kiki menikmati penis Pak Imam. Kiki mengemut batangnya, aku mengemut buah zakarnya, kami saling berbagi menikmati "sosis" itu.

Di tengah kulumannya mendadak Kiki merintih tertahan, tubuhnya seperti menggigil, dan kulihat ke bawah ternyata dari vaginanya mengucur cairan bening hasil masturbasinya sendiri. Disusul beberapa detik kemudian, Pak Imam mencabut penisnya dari mulutku lalu mengerang panjang. Cairan kental berbau khas memancar dengan derasnya membasahi wajah kami. Kami berebutan menelan cairan itu, penis itu kupompa dalam genggamanku agar semuanya keluar, nampak pemiliknya mendesah-desah dan kelabakan
"Sabar, sabar dong neng, bisa putus penis bapak kalo rebutan gini" katanya terbata-bata
Setelah tidak ada yang keluar lagi Kiki menjilati sisanya di wajahku, demikian pula sebaliknya. Mereka berdua akhirnya ambruk kecapaian, wajah Pak Imam jatuh tepat di dada Kiki.

Saat mereka ambruk, sebaliknya gairahku mulai timbul lagi. Maka kutinggalkan mereka untuk melihat keadaan Indah dan Muklas. Aku tiba di kolam melihat Muklas sedang menggarap tubuh mungil Indah. Di daerah dangkal Indah dalam posisi berpegangan pada tangga kolam, Muklas dari bawahnya juga dalam posisi berdiri sedang asyik menggenjot penisnya pada vagina Indah. Kedua payudara Indah bergoyang naik turun seirama goyang tubuhnya. Pasti adegan ini membuat para cowok di kampusku sirik pada Muklas yang buruk rupa tapi bisa berhubugan intim dengan gadis seimut itu.
"Belum selesai juga lu orang, udah berapa ronde nih ?" sapaku
"Edan Ni"gua sampe klimaks tiga kali"aahh !!" desah Indah tak karuan
"Neng".temennya enak banget, udah cantik, vaginanya seret lagi" komentar Muklas sambil terus menggenjot.

Indah tak kuasa menahan rintihannya setiap Muklas menusukkan penisnya, tubuhnya bergetar hebat akibat tarikan dan dorongan penis penjaga vila itu pada kemaluannya. Kepala Muklas menyelinap lewat ketiak sebelah kirinya lalu mulutnya mencaplok buah dadanya. Pinggul Indah naik turun berkali kali mengikuti gerakan Muklas. Jeritannya makin menjadi-jadi hingga akhirnya satu lenguhan panjang membuatnya terlarut dalam orgasme, beberapa saat tubuhnya menegang sebelum akhirnya terkulai lemas di tangga kolam. Setelah menaklukkan Indah, Muklas memanggilku yang mengelus-ngelus kemaluanku sendiri menonton adegan mereka.
"Sini neng, mendingan dipuasin pake penis saya aja daripada ngocok sendiri"

Akupun turun ke air yang merendam sebatas lutut kami, disambutnya aku dengan pelukannya, tangannya mengelusi punggungku terus turun hingga meremas bongkahan pantatku. Sementara tanganku juga turun meraih kemaluannya.
"Gila nih penis, masih keras juga"udah keluar berapa kali tadi ?" tanyaku waktu menggenggam batangnya yang masih "lapar" itu.
"Baru sekali tadi"abis saya masih nungguin neng sih" godanya saambil nyengir.
Kemudian diangkatnya badanku dengan posisi kakiku dipinggangnya, aku melingkarkan tangan pada lehernya agar tidak jatuh. Diletakkannya aku pada lantai di tepi kolam, disebelah Indah yang terkapar, dia merapatkan badannya diantara kedua kakiku yang tergantung.

Dia mulai menciumiku dari telinga, lidah itu menelusuri belakang telingaku juga bermain-main di lubangnya. Dengusan nafas dan lidahnya membuatku merasa geli dan menggeliat-geliat. Mulutnya berpindah melumat bibirku dengan ganas, lidahnya menyapu langit-langit mulutku, kurespon dengan mengulum lidahnya. Tanganku meraba-raba kebawah mencari kemaluannya karena birahiku telah demikian tingginya, tak sabar lagi untuk dientot. Ketika kuraih benda itu kutuntun memasuki kemaluanku, tangan kanan Muklas ikut menuntun senjatanya menembaki sasaran. Saat kepala penisnya menyentuh bibir kemaluanku, dia menekannya ke dalam, mulutku menggumam tertahan karena sedang berciuman dengannya. Ciuman kami baru terlepas disertai jeritan kecil ketika Muklas mengehentakkan pinggulnya hingga penisnya tertanam semua dalam vaginaku. Pinggulnya bergerak cepat diantara kedua pahaku sementara mulutnya mencupangi pundak dan leher jenjangku. Aku hanya bisa menengadahkan kepala menatap langit dan mendesah sejadi-jadinya.

Kalau dibandingkan dengan Pak Imam, memang sodokan Muklas lebih mantap selain karena usianya masih 30-an, badannya juga lebih berisi daripada Pak Imam yang tinggi kurus seperti Datuk Maringgih itu. Di tengah badai kenikmatan itu sekonyong-konyong aku melihat sesuatu yang bergerak-gerak di jendela kamarku. Kufokuskan pandanganku dan astaga"ternyata si Kiki, dia sedang disetubuhi dari belakang dengan posisi menghadap jendela, tubuhnya terlonjak-lonjak dan terdorong ke depan sampai payudaranya menempel pada kaca jendela, mulutnya tampak mengap-mengap atau terkadang meringis, sungguh suatu pemandangan yang erotis. Adegan itu ditambah serangan Muklas yang makin gencar membuatku makin tak terkontrol, pelukanku semakin erat sehingga dadaku tertekan di dadanya, kedua kakiku menggelepar-gelepar menepuk permukaan air. Aku merasa detik-detik orgasme sudah dekat, maka kuberitahu dia tentang hal ini. Muklas memintaku bertahan sebentar lagi karena dia juga sudah mau keluar.

Susah payah aku bertahan agar bisa klimaks bersama, setelah kurasakan ada cairan hangat menyemprot di rahimku, akupun melepas sesuatu yang daritadi ditahan-tahan. Perasaan itu mengalir dengan deras di sekujur tubuhku, otot-ototku mengejang, tak terasa kukuku menggores punggungnya. Beberapa detik kemudian badanku terkulai lemas seolah mati rasa, begitu juga Muklas yang jatuh bersandar di pinggir kolam. Aku berbaring di pinggir kolam di atas lantai marmer, kedua payudaraku nampak bergerak naik turun seiring desah nafasku. Kugerakkan mataku, di jendela Kiki dan Pak Imam sudah tak nampak lagi, di sisi lain Indah yang sudah pulih merendam dirinya di air dangkal untuk membasuh tubuhnya.

Kami beristirahat sebentar, bahkan beberapa diantara kami tertidur. Pesta dimulai lagi sekitar pukul 8 malam setelah makan. Kami mengadakan permainan gila, ceritanya kami bertiga bermain poker dengan taruhan yang kalah paling awal harus rela dikeroyok kedua penjaga villa itu dan diabadikan dalam video klip dengan HP Nokia model terbaru milik Indah, filenya akan disimpan dalam komputer Indah untuk koleksi dan tidak akan boleh dicopy atau dilihat orang lain selain geng kami, mengingat kasus bokep Itenas. Kami duduk melingkar di ranjang, Pak Imam dan Muklas kusuruh menjauh dan kularang menyentuh siapapun sebelum ada yang kalah, mereka menunggu hanya dengan memakai kolor, sambil sebentar-sebentar mengocok anunya sendiri Aku mulai membagikan kartu dan permainan dimulai. Suasana tegang menyelimuti kami bertiga, setelah akhirnya Kiki melempar kartunya yang buruk sambil menepuk jidatnya, dia kalah. Kedua orang yang sudah tak sabar menunggu itu segera maju mengeksekusi Kiki.

Kiki sempat berontak, tapi berhasil dilumpuhkan mereka dengan dipegangi erat-erat dan digerayangi bagian-bagian sensitifnya. Muklas menyusupkan tangannya ke kimono Kiki meraih payudaranya yang tak memakai apa-apa di baliknya. Pak Imam menyerang dari bawah dengan merentangkan lebar-lebar kedua paha Kiki dan langsung membenamkan kepalanya pada kemaluannya yang terawat dan berbulu lebat itu. Perlakuan ini membuat rontaan Kiki terhenti, kini dia malah mengelus-elus penis Muklas yang menegang sambil memejamkan mata menikmati vaginanya dijilati Pak Imam dan dadanya diremas Mulkas. Aku melihat lidah Pak Imam menjalar jari belahan bawah hingga puncak kemaluan Kiki, lalu disentil-sentilkan pada klistorisnya. Kiki tidak tahan lagi, dia merundukkan badan untuk memasukkan penis Muklas ke mulutnya, benda itu dikulumnya dengan rakus seperti sedang makan es krim. Event menarik itu tidak dilewatkan Indah dengan kamera-HP nya.

Kiki terengah-engah melayani penis super Muklas, sepertinya dia sudah tidak peduli keadaan sekitarnya, rasa malunya hilang digantikan dengan hasrat yang besar untuk menyelesaikan gairahnya. Dia mempertunjukkan suatu live show yang panas seperti aktris bokep dan Indah sebagai juru kameranya. Pak Imam yang baru saja melepaskan kolornya menggesek-gesekkan benda itu ke payudara Kiki, sebagai pemanasan sebelum memasukinya. Kemulusan tubuh Kiki terpampang begitu Muklas menarik lepas tali pinggang pada kimononya, sesosok tubuh yang putih mulus serta terawat baik diantara dua tubuh hitam dan kasar, sungguh perpaduan yang kontras tapi menggairahkan. Pak Imam mempergencar rangsangannya dengan menCiumi batang kakinya mulai dari betis, tumit, hingga jari-jari kakinya. Kiki yang sudah kesurupan "setan seks" itu jadi makin gila dengan perlakuan seperti itu

"Ahhh"awww"Pak enak banget".masukin aja sekarang !!" rintihnya manja sambil meraih penis Pak Imam yang masih bergesekan dengan bibir vaginanya.
Pak Imam pun mendorong penis itu membelah kedua belahan kemaluan Kiki diiringi desahan nikmat yang memenuhi kamar ini sampai aku dibuat merinding mendengarnya. Aku mengeluarkan payudara kiriku dari balik kimono dan meremasnya dengan tanganku, tangan yang satu lagi turun menggesek-gesekkan jariku ke kemaluanku, Indah yang juga sudah horny sesekali mengelus kemaluannya sendiri. Kiki nampak sangat liar, kemaluannya digenjot dari depan, dan Muklas yang menopang tubuhnya dari belakang meremasi kedua payudaranya serta memencet-mencet putingnya. Rambutnya yang sudah terurai itu disibakkan Muklas, lalu melumat leher dan pundaknya dengan jilatan dan gigitan ringan. Hal ini menyebabkan Kiki tambah menggelinjang dan mempercepat kocokannya pada penis Muklas.

Serangan Pak Imam pada vagina Kiki semakin cepat sehingga tubuhnya menggelinjang hebat
"Aaakhhh"aahhh !!" jerit Kiki dengan melengkungkan tubuhnya ke atas
Kiki telah mencapai orgasme hampir bersamaan dengan Pak Imam yang menyemprotkan spermanya di dalam rahimnya. Adegan ini juga direkam oleh Indah, difokuskan terutama pada wajah Kiki yang sedang orgasme. Tanpa memberi istirahat, Muklas menaikkan Kiki ke pangkuannya dengan posisi membelakangi. Kembali vagina Kiki dikocok oleh penis Muklas. Walaupun masih lemas dia mulai menggoyangkan pantatnya mengikuti kocokan Muklas. Muklas yang merasa keenakan hanya bisa mengerang sambil meremas pantat Kiki menikmati pijatan kemaluannya. Pak Imam mengistirahatkan penisnya sambil menyusu dari kedua payudara Kiki secara bergantian. Aku semakin dalam mencucukkan jariku ke dalam vaginaku saking terangsangnya, sampai-sampai cairanku mulai meleleh membasahi selangkangan dan jari-jariku.

Bosan dengan gaya berpangkuan, Muklas berbaring telentang dan membiarkan Kiki bergoyang di atas penisnya. Kemudian dia menyuruh Indah naik ke atas wajahnya agar bisa menikmati kemaluannya. Indah yang daritadi sudah terangsang itu segera melakukan apa yang disuruh tanpa ragu-ragu. Seluruh wajah Muklas tertutup oleh daster transparan Indah, namun aku masih dapat melihat dia dengan rakusnya melahap kemaluannya sambil menyusupkan tangannya dari bawah daster menuju payudaranya. Pak Imam yang anunya sudah mulai bangkit lagi menerkamku, kami berguling-guling sambil berCiuman penuh nafsu. Dengan tetap berCiuman Pak Imam memasukkan penisnya ke vaginaku, cairan yang melumuri selangkanganku melancarkan penetrasinya. Dengan kecepatan tinggi penisnya keluar masuk dalam vaginaku hingga aku histeris setiap benda itu menghujam keras ke dalam. Aku cuma bisa pasrah di bawah tindihannya membiarkan tangannya menggerayangi payudaraku, mulutnya pun terus menjilati leherku. Aku masih memakai kimonoku, hanya saja sudah tersingkap kesana kemari.

Aku melihat Muklas masih berasyik-masyuk dengan kedua temanku, hanya kali ini Indah sudah bertukar posisi dengan Kiki. Sekarang mereka saling berhadapan, Indah bergoyang naik turun diatas penis Muklas sambil berCiuman dengan Kiki yang mekangkangi wajah Muklas. Kiki membuka kakinya lebar-lebar sehingga cairannya semakin mengalir, cairan itu diseruput dengan rakus oleh si Muklas sampai terdengar suara sluurrpp". sshhrrpp"Ketika aku sedang menikmati orgasmeku yang hebat, dia tekan sepenuhnya penis itu ke dalam dan ini membawa efek yang luar biasa padaku dalam menghayati setiap detik klimaks tersebut, tubuhku menggelinjang dan berteriak tak tentu arah sampai akhirnya melemas kembali. Pesta gila-gilaan ini berakhir sekitar jam 11 malam. Aku sudah setengah sadar ketika Pak Imam menumpahkan maninya di wajahku, tulang-tulangku serasa berantakan. Kiki sudah terkapar lebih dulu dengan tubuh bersimbah peluh dan ceceran sperma di dadanya, dari pangkal pahanya yang terbuka nampak cairan kewanitaan bercampur sperma yang mengalir bak mata air.

Sebelum tak sadarkan diri aku masih sempat melihat Muklas menyodok vagina Kiki tubuh keduanya sudah mandi keringat. Karena letih dan ngantuk aku pun segera tertidur tanpa kupedulikan jeritan histeris Kiki maupun tubuhku yang sudah lengket oleh sperma. Besok paginya aku terbangun ketika jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi dan aku hanya mendapati Indah yang masih terlelap di sebelah kiriku. Kuguncang tubuh Indah untuk membangunkannya.
"Gimana Dah"puas semalem ?" tanyaku
"Gila gua dientotin sampe kelenger , barbar banget tuh dua orang, eh"omong-omong pada kemana yang lain si Kiki juga ga ada ?"
"Ga tau juga tuh gua juga baru bangun kok, duh lengket banget mandi dulu yuk"udah lengket gini" ajakku karena merasa tidak nyaman dengan sperma kering terutama di wajahku, rasanya seperti ada sarang laba-laba menempel di sana.

Baru saja keluar dari kamar, sayup-sayup sudah terdengar suara desahan, kuikuti asal suara itu yang ternyata dari kamar mandi. Kami berdua segera menuju ke kamar mandi yang pintunya setengah terbuka itu, kami tengok ke dalam dan melihat Kiki dan kedua penjaga villa itu. Darahku berdesir melihat pemandangan erotis di depan kami, dimana Kiki sedang dikerjai oleh mereka di lantai kamar mandi. Muklas sedang enak-enaknya mengocok senjatanya diantara kedua gunung bulat itu, sedangkan Pak Imam berlutut diantara paha jenjang itu sedang menyetubuhinya, air dan sabun membuat tubuh mereka basah berkilauan. Kedatangan kami sepertinya tidak terlalu membuat mereka terkejut, mereka malah menyapa kami sambil terus "bekerja". Aku dengan tidak terlepas dari live show itu berjalan ke arah shower dan membuka kimonoku diikuti Indah dari belakang. Air hangat mengucur membasuh dan menyegarkan tubuh kami, kuambil sabun cair dan menggosokkannya ke sekujur tubuh Indah. Demikian juga Indah dia melakukan hal yang sama padaku, kami saling menyabuni satu sama lain.

Kami saling mengelus bagian tubuh masing-masing, suatu ketika ketika tanganku sampai ke bawah, iseng-iseng kubelai bibir kemaluannya sekaligus mempermainkan klistorisnya.
"Uuhh...Ni !!" dia menjerit kecil dan mempererat pelukannya padaku sehingga buah dada kami saling berhimpit.
Tangan Indah yang lembut juga mengelusi punggungku lalu mulai turun ke bawah meremas bongkahan pantatku. Darahku pun mengalir makin cepat ditambah lagi adegan panas Kiki dengan kedua pria itu membuatku makin naik. Indah mendekatkan wajahnya padaku dan menCium bibirku yang terbuka karena sedang mendesah, selama beberapa menit bibir kami berpagutan. Kemudian aku memutar badanku membelakangi Indah supaya bisa lebih nyaman menonton Kiki.

Aku melihat wajah horny Kiki yang cantik, dia meringis dan mengerang menikmati tusukan Pak Imam pada vaginanya, sementara Muklas hampir mencapai orgasmenya, dia semakin cepat menggesek-gesekkan penisnya diantara gunung kembar itu, tangannya pun semakin keras mencengkram daging kenyal itu sehingga pemiliknya merintih kesakitan. Akhirnya menyemprotlah spermanya membasahi dada, leher dan mulut Kiki. Mataku tidak berkedip menyaksikan semua itu sambil menikmati belaian Indah pada daerah sensitifku. Dengan tangan kanannya dia memainkan payudaraku, putingnya dipencet dan dipilin hingga makin menegang, tangan kirinya meraba-raba selangkanganku. Perbuatan Indah yang mengobok-obok vaginaku dengan jarinya itu hampir membuatku orgasme, sungguh sulit dilukiskan dengan kata-kata betapa nikmatnya saat itu.

Aku masih menikmati jari-jari Indah bermain di vaginaku ketika Muklas yang baru menyelesaikan hajatnya dengan Kiki berjalan ke arahku, penisnya agak menyusut karena baru orgasme. Jantungku berdetak lebih kencang menunggu apa yang akan terjadi. Tangannya mendarat di payudara kiriku dan meremasnya dengan lembut sambil sesekali memelintirnya. Lalu dia membungkuk dan mengarahkan kepalanya ke payudara kananku yang langsung dikenyotnya. Aku memejamkan mata menghayati suasana itu dan mengeluarkan desahan menggoda. Lalu aku merasakan kaki kananku diangkat dan sesuatu mendesak masuk ke vaginaku. Sejenak kubuka mataku untuk melihat, dan ternyata yang bertengger di vaginaku bukan lagi tangan Indah tapi penis Muklas yang sudah bangkit lagi. Kembali aku disetubuhi dalam posisi berdiri sambil digerayangi Indah dari belakang. Tubuhku seolah terbang tinggi, wajahku menengadah dengan mata merem-melek merasakan nikmat yang tak terkira.

Hampir satu jam lamanya kami melakukan orgy di kamar mandi. Akhirnya setelah mandi bersih-bersih kami bertiga mencari udara segar dengan berjalan-jalan di kompleks sekalian makan siang di sebuah restoran di daerah itu. Setelah makan kami kembali ke vila dan mengepak barang untuk kembali ke Jakarta. Indah dan Kiki keluar dari kamar terlebih dulu meninggalkanku yang masih membereskan bawaanku yang lebih banyak. Cukup lama juga aku dikamar gara-gara sibuk mencari alat charge HP-ku yang ternyata kutaruh di lemari meja rias. Waktu aku menuju ke garasi terdengar suara desahan dan ya ampun...ternyata mereka sedang bermain "short time" sambil menungguku.

Indah yang celana panjang dan dalamnya sudah dipeloroti sedang menungging dengan bersandar pada moncong mobil, Pak Imam menyodokinya dari belakang sambil memegangi payudaranya yang tidak terbuka. Sementara di pintu mobil, Kiki berdiri bersandar dengan baju dan rok tersingkap, paha kirinya bertumpu pada bahu Muklas yang berjongkok di bawahnya. Celana dalamnya tidak dibuka, Muklas menjilati kemaluannya hanya dengan menggeser pinggiran celana dalamnya, tangannya turut bekerja meremasi payudara dan pantatnya.
"Weleh...weleh...masih sempat-sempatnya lu orang, asal jangan kelamaan aja, ntar kejebak macet kita" kataku sambil geleng-geleng kepala.
"Tengan neng ga usah buru-buru, masih pagi kok, ini cuma sebentar aja kok" tanggap Pak Imam dengan terengah-engah

Akhirnya setelah 15 menitan Pak Imam melepas penisnya dan memanggilku untuk bergabung dengan Indah menjilatinya. Aku tadinya menolak karena tak ingin make upku luntur, tapi karena didesak terus akhirnya aku berjongkok di sebelah Indah.

"Tapi kalo keluar lu yang isep ya Dah, ntar muka gua luntur" kataku padanya yang hanya dijawab dengan anggukan kepala sambil mengulum benda itu
Sesuai perjanjian tidak lama kemudian Pak Imam menggeram dan cepat-cepat kuberikan penis itu pada Indah yang segera memasukkan ke mulutnya. Pria itu mendesah panjang sambil menekan penisnya ke mulut Indah, Indah sendiri sedang menyedot sperma dari batang itu, sepertinya yang keluar tidak banyak lagi soalnya Indah tidak terlalu lama mengisapnya.
"Yuk cabut, udah ga haus lagi kan Dah ?" ujar Kiki yang sudah merapikan kembali pakaiannya.

Kami naik ke mobil dan kembali ke kota kami dengan kenangan tak terlupakan. Dalam perjalanan kami saling berbagi cerita dan kesan-kesan dari pengalaman kemarin dan membicarakan rencana untuk mengerjai si Ratna yang hari ini absen.
__________________
Tamat

Wanita Misterius

Sebenarnya dengan menceritakan kisahku ini, aku flash back ke masa kecilku yang seharusnya tidak boleh terjadi pada usia anak-anak, karena akibatnya sangat buruk seperti yang sudah kuceritakan di situs ini juga dengan judul “Berburu Burung”. Mungkin ini yang disebut orang dengan pengaruh kejiwaan dari suatu pelecehan seksual pada anak, dan berakibat nyata ketika menginjak masa remaja. Oh ya, bagi yang belum tahu, namaku Fik, umurku 15 tahun, dan kisah yang kuceritakan di “Berburu Burung” sebenarnya merupakan bagian terburuk hidupku yang selalu membayangiku sehingga aku ceritakan sebagai kisah pertamaku, meski seharusnya kalau diruntut kebelakang ada yang melatari kisah itu, yaitu kejadian yang akan kuceritakan berikut ini.

Waktu itu aku berumur 10 tahun, lebih sedikit, pokoknya kelas IV SD, cukup kecil mungkin, tetapi saat itulah kejadian yang akan mengubah hidupku terjadi. Sebenarnya, seperti anak-anak SD pada umumnya, tentunya belum tahu apa itu alat kelamin, dan belum punya perasaan atau prasangka macam-macam apabila seseorang memperlihatkan atau menunjukkannya pada kita, aku yakin itu, namun suatu hari, hal itu berubah setelah kejadian itu.

Suatu hari setelah usai belajar kelompok dengan teman-teman, aku bermaksud mengantar pulang salah satu temanku cewek, yang rumahnya agak jauh, sementara kami biasa belajar mulai habis maghrib hingga selesai yang kadang sampai pukul 21:00 WIB, sehingga tidak berani pulang sendirian. Dia biasa kupanggil Na, umurnya sebaya denganku, cewek terpandai di kelasku, sehingga banyak kelompok belajar yang memperebutkannya, dan beruntung dia mau menjadi anggota kelompok kami.

Kisah ini berawal dari sini, aku boncengkan dia pulang ke rumahnya dengan sepeda kecilku. Kukayuh pelan-pelan, santai saja lagian belum terlalu malam untuk ukuran desaku, karena baru pukul 20:00 lebih sedikit, dan malam itu rupanya agak ramai. Hingga akhirnya memasuki jalan yang kanan-kirinya banyak ditumbuhi bambu. Ya, tempat ini yang ditakuti oleh Na, aku sih biasa saja kalau ada teman, tetapi kalau sendirian yang paling-paling ngebut saat melintasi jalan itu, ngeri sih. Namun, rupanya malam ini tidak demikian, karena terlihat sebuah mobil akan melintas ke arah kami. Tetapi tiba-tiba mobil itu berhenti di depan kami dan segera keluar seorang wanita dari pintu kemudi, kuhentikan sepedaku, sepertinya wanita itu mau menanyakan sesuatu kepada kami.

Rupanya dugaan kami keliru, wanita itu mengeluarkan pistol dari balik bajunya dan menodongkannya kepada kami. Berdua kami terperanjat dan mau berteriak, tetapi urung terlaksana kami sudah diancam dengan nada serius, sehingga kami pun menuruti saja apa maunya. Sepedaku pun dilemparkan ke semak-semak, sehingga tidak mencurigakan, dan kami disuruh masuk ke mobilnya. Di dalam mobil Panther itulah kami berdua kehilangan kesucian.

Awalnya dia menyuruh kami duduk di kursi yang sudah direbahkan, kami tidak tahu akan diapakan, yang jelas kemudian dia melepaskan bajunya satu persatu sambil terus menatap kami berdua. Kami pun diam saja karena memang tidak tahu maksudnya. Setelah lepas semua baju dan telanjang bulat, dia menyodorkan kedua puting susunya kepada kami. Kami tidak mau, tetapi segera mendapat ancaman lagi, sehingga kami pun terpaksa melakukannya juga. Aku dan Na pun mengisap puting susunya bersamaan. Dia pun sepertinya menikmati hisapan kami berdua sambil tangannya mengelus-eluskan selakangannya. Kami pun terus melakukannya seperti yang dia mau, sementara payudaranya semakin membesar saja, dengan sesekali dia meremas-remasnya sendiri, hingga benar-benar mengeras.

Kami tersentak ketika tiba-tiba kedua tangannya meraih selakangan kami, tapi tidak ada yang bisa kami perbuat selain menurut. Aku pun merasakan penisku diremas-remasnya sehingga menegang, sementara mulutku masih mengisap puting payudaranya. Tak lama kemudian dia menyuruh kami berhenti mengisapnya. Tapi apa yang diperbuatnya, tangannya beralih ke Na yang sedang telentang, dibukanya pakaiannya satu persatu hingga telanjang bulat, demikian juga terhadapku. Sehingga kami bertiga telanjang semua. Dia pun beraksi, mulai dengan Na dia menciumi sekujur tubuh Na, mengisap payudaranya, menjilati seluruh tubuhnya dan mengisap dalam ketika tepat di selakangan Na. Na pun hanya dapat mendesis pasrah, sambil sesekali menjerit kecil, bahkan menggelinjang seiring jilatan-jilatan wanita itu di tubuhnya. Aku sendiri disuruhnya mengocok penisku, aku tidak tahu harus dikocok segala, sementara kurasakan penisku semakin keras saja.

Sesaat kemudian dia beralih ke arahku. Setelah puas dengan Na, langsung saja dia menciumiku, hingga aku merasakan kegelian di seluruh tubuhku. Akhirnya dia berhenti di pangkal pahaku, mempermainkan penisku yang sudah mengeras dan kemudian melumatnya. Aku merasakan perasaan lain saat dia tiba-tiba menghisap penisku. Aku pun hanya dapat mengerang dan berkelojotan kegelian, sementara deru nafasnya pun semakin tidak karuan saja.

Kemudian dia berhenti dan beralih posisi. Kini dia yang berbaring, sementara kami yang berdiri. Dia menyuruh Na duduk di perutnya membelakangi aku, Na pun menurut saja. Kemudian disuruhnya Na merebahkan tubuhnya, sehingga tepat di payudaranya agar nanti menghisapnya lagi bergantian, sementara aku, dengan agak kasar dan sambil memegang penisku, dibimbingnya penisku ke arah selakangannya. Kemudian aku disuruh memasukkan penisku ke lubang di selakangannya dan menggerakkan tubuhku maju mundur di vaginanya. Dan tanganku diletakkan pada dada Na supaya aku meremas dadanya saat dia memberi aba-aba untuk memulai secara bersamaan nanti.

Setelah semua telah diaturnya, dia pun menyuruh kami memulai. Sesuai apa yang disuruhnya tadi, Na pun mengisap bergantian payudaranya yang mengeras dan aku pun mengocokkan penisku di vaginanya. Kali ini wajahnya yang tadi serius berubah total saat kami melakukan seperti apa yang disuruhnya. Dia mendesis, menggelinjang menikmati apa yang kami lakukan secara bersamaan, beberapa kali dia memekik tertahan sambil menggelinjang menggoyangkan tubuhnya. Mulutnya menganga dan sesekali tangannya memegang pinggangku dan merapatkannya di tubuhnya. Sementara tanganku meremas-remas buah dadanya, sehingga dia pun kadang-kadang mengerang kegelian. Aku sendiri merasakan sesuatu yang aneh merambahi sekujur tubuhku. Aku tak tahu apa yang terjadi padaku, apalagi saat kubenamkan penisku di vaginanya, rasanya seperti geli tapi di seluruh tubuhku, sehingga dalam mobil itu yang terdengar hanya nafas yang terengah-engah yang kadang diselingi erangan penuh kenikmatan.

Tapi itu tak bertahan lama, karena sesaat kemudian kurasakan tubuh wanita itu mengejang, menggelinjang tak karuan dan mengerang dengan nafas berkejaran. Kemudian tiba-tiba dia menjepitkan kakinya di tubuhku, sedangkan kedua tangannya memeluk erat kami berdua sambil mengerang panjang dan tubuhnya melemas. Sesaat kami dalam pelukannya, dan keringat kami pun membasahi tubuh kami bertiga, kurasakan vaginanya mengeluarkan cairan dan mengenai penisku yang masih di dalam vaginanya. Dia kemudian melepaskan pelukannya sambil tersenyum simpul penuh makna.

Kemudian dia menyuruh kami berganti posisi lagi, kali ini Na yang ada di kursi, sementara aku berdiri dan wanita itu ada di belakangku. Dia kemudian menyuruhku memasukkan penisku ke vaginanya Na. Aku pun tidak dapat menolaknya. Aku pun memasukkan penisnya ke tubuh Na, Na pun menjerit kesakitan.

Dengan sigap dia menyodorkan puting susunya ke mulut Na, sehingga Na tidak menjerit kesakitan lagi, dan aku pun menggoyangkan tubuhku sesuai perintah wanita itu, sementara terlihat darah mengalir dari vaginanya Na.
Sementara kami melakukan adegan itu, wanita itu duduk di belakang kami memperhatikan gerak penisku maju-mundur di vaginanya Na, dan kemudian membersihkan darahnya Na. Sedangkan kami pun tetap melakukan adegan tadi hingga kurasakan semakin enak saja, sepertinya Na juga merasakan hal yang sama sepertiku, karena dia tidak lagi menjerit, tapi mengerang dengan nafas naik turun.

Tiba-tiba dari belakang Wanita itu menghentikan apa yang kami lakukan, sesaat dia menjilati penisku yang benar-benar lain rasanya dan menjilati juga vaginanya, kemudian kembali memasukkan penisku ke vaginanya Na dan menepuk bokongku untuk meneruskan lagi mengocok. Hingga tak lama kemudian kulihat Na semakin terengah-engah dan mulai menggoyangkan tubuhnya ke kanan ke kiri sepertinya tak tahan lagi menahan sesuatu yang mau keluar, sedangkan mulutnya menganga mengeluarkan suara erangan-erangan kecil.
Wanita itu melihat apa yang terjadi pada Na, langsung dia ikutan menjilati payudara Na, sehingga Na semakin tak karuan menggelinjang, dan akhirnya dia pun mengerang panjang sambil tubuhnya mengejang tak karuan. Aku pun semakin mempercepat kocokan penisku di vaginanya, dan dia pun kemudian kurasakan tubuhnya mengendur lemas dan terbaring di kursi. Kurasakan vaginanya basah oleh cairan yang mengalir dari dalam. Aku pun kemudian disuruh wanita itu mengeluarkan penisku dari vaginanya. Aku pun sudah dari tadi sebenarnya merasakan kenikmatan dari apa yang kulakukan, tapi ternyata rasa itu lama bertahan dalam tubuhku.

Kemudian wanita itu menyuruh Na untuk mengocok penisku dengan mulutnya dan mengisapnya. Ternyata rasa nikmat itu kembali merasuki tubuhku dan semakin memuncak, sementara hisapan-hisapannya semakin panjang saja, rupanya dia juga menikmatinya. Hingga saat dia mengisapnya sangat panjang, aku pun tak tahan lagi. Dan aku pun mengingatkan Na agar menghentikan apa yang dilakukannya, karena kukira aku mau kencing. Ternyata setelah Na menghentikan sedotannya, malah penisku kemudian diraih oleh wanita itu, dan dimasukkannya ke mulutnya. Dimasukkannya penisku hingga tak tersisa, kemudian dihisapnya dalam-dalam, hingga aku tak tahan lagi.

Seiring erangan panjangku, aku merasakan hal yang luar biasa, tubuhku menggigil merasakan kenikmatan yang tiada tara. Penisku yang sudah dikeluarkan dari mulut wanita itu menyemburkan cairan putih kental yang langsung dicegat oleh mulutnya lagi dan ditelannya. Bahkan cairan yang tak lain adalah sperma pertamaku itu yang masih tersisa di penisku pun dijilatinya hingga tak tersisa. Setelah itu kurasakan lemasnya tubuhku, demikian pula yang kulihat pada Na maupun wanita itu.

Kemudian dengan kasar dia menyuruhku segera berpakaian kembali. Setelah itu kami diberi minuman seperti jus jeruk, tetapi setelah beberapa saat kami minum, kami merasa ngantuk berat, kemudian tertidur dan tak sadarkan diri. Kami baru terjaga saat banyak orang mengerubungi kami sambil membawa lampu yang sangat terang. Kami bingung melihat kejadian itu, karena kami berdua tidak lagi di dalam mobil, tetapi sudah berada di semak-semak dekat rumpun bambu bersama sepedaku.

Aku pun bertanya kepada mereka, katanya kami baru saja dibawa gondoruwo. Tapi sebenarnya tidak, karena besoknya kami berdua merasakan kesakitan pada alat kelamin kami, dan ketika kembali ke tempat itu, di sana memang aku menemukan bekas ban mobil. Untung saja kejadian itu tidak diketahui oleh masyarakat yang lainnya. Hanya saja kejadian tersebut membuatku menjadi seperti mendapatkan tekanan perasaan bersalah terhadap Na. Bahkan setelah itu, kadang-kadang timbul keinginan untuk mengulanginya, sehingga sering aku melampiaskannya dengan onani, atau melamun sendiri di kamar karena dihantui perasaan itu.

__________________
TAMAT

Kisah V

Crita ini hanya fiksi belaka, kalaupun ada kesamaan nama..yaa..kebetulan aja kali

Siang itu entah mengapa Bandung sangat tidak bersahabat, matahari yang terlalu terik, dan tentu saja udara yang membuat semua orang di kota itu berkeringat, tak terkecuali gadis cantik di ujung kantin itu, Verininta namanya, teman-temannya biasa memanggilnya V, mungkin untuk mempersingkat penyebutan namanya. Di sudut kantin Bengkok, bgitu tempat itu biasa disebut, V terlihat sangat mempesona, walaupun di tengah teriknya matahari, V duduk sambil membaca diktat dan ditemani dengan Choco Banana Blend kesukaannya. Gadis ini memang selalu mempesona, keturunan cina – irlandia, membuat matanya yang sipit berwarna hazel dan rambutnya merah kecoklatan, dilengkapi dengan kulit putihnya, serta senyum yang menawan. Ya..senyum itu, senyum khas V, dilengkapi dengan gigi putih berderet rapih dan lensung pipi di ujungnya. Oh tapi yang lebih menawan lagi adalah fakta bahwa gadis ini tak pernah mengenakan Bra dibalik baju atau kaos yang iya gunakan.

Siang itu V memakai kaos berdada rendah berwarna putih, dan matahari yang bgitu teriknya membuat tubuhnya basah oleh keringatnya, dan tentu saja menciptakan pemandangan indah bagi lelaki yang memandangnya, namun V cuek saja, entah tidak tahu atau pura-pura tidak tahu. Tak lama V berdiri dari duduknya, rok mini bermodel lipit-lipit bak cheerleader itu sedikit tersingkap memperlihatkan paha mulus tanpa celanya. V berjalan pergi menuju mobil atoz merahnya, tanpa peduli berapa mata yang menatap indah tubuhnya yang jelas sangat terlihat dalam balutan kaos putih tipis itu.

Sesampainya di kos, V melakukan rutinitasnya, melepaskan roknya, menyalakan kipas angin (ku rasa di bandung sudah cukup dingin, jadi jarang ditemukan kos dengan AC), mengambil vodka mixmax dari dalam kulkasnya lalu merebahkan dirinya diatas kasur empuknya, kos-kosan mewah itu sangat nyaman sekali. Kasur ukuran double, kamar mandi dalam, ruangan yang lebar, wah pokoknya sangat lux untuk ukuran kos-kosan seorang mahasiswi. V memejamkan matanya, dan ternyata ia ketiduran tanpa ingat untuk menutup tirai jendela kamarnya, letak tempat tidurnya menempel pada jendela, jadi bila iya tidak menutupnya, maka orang-orang yang berseliweran di depan jendela (kamar V terletak di lantai 1) akan dengan mudahnya melihat ia tertidur. V tertidur mengenakan kaos putih tipisnya dan hanya mengenakan lingerie mini berwana hitam merek Pierre Cardin. Wily tanpa sengaja melewati kamar gadis manis ini, dan tentu saja dia sangat menikmati pemandangan indah ini, hingga tanpa sadar Evan sahabatnya sudah berada dibelakangnya sambil ikut menikmati pemandangan tersebut, kos ini memang kos campur, jadi tahu sendiri lah. ”Lo kenal ni cewe Will?” bisik Evan mengagetkan Willy yang nyaris terlonjak dari tempatnya berdiri, ”Eh gila lo ya, ngagetin...” blom selesai Willy berbicara Evan sudah menempatkan tangannya di mulut Willy ”Lo pelan dikit, kalo ni cewe bangun kita ga bisa nikmatin lagi ne” bisik Evan lagi, ”Ya kenal lah..gw kan kos sini juga, suka oon si lo jadi orang, masa temen satu kos ga kenal, V namanya” jawab Willy dengan suara berbisik, ”Lo satu kos sama cewe mulus kaya gini, koq ga bilang-bilang gw sih, udah lo tidurin lom ni cewe, kayanya bispak Wil” sahut Evan sambil tetap dengan bisik-bisiknya, ”Gila lo ya, cewe semulus ini mana mau sama gw!” jawab Willy tanpa berbisik, dan tentu saja membangunkan cewe cantik itu dari tidurnya, V menatap kedua cowok itu dengan pandangan bingung, dan tentu saja Willy dan Evan tidak berkutik. Evan yang kebetulan memiliki wajah mirip Evan Sanders, VJ MTV itu, tersenyum saja, dan tanpa diduga V membalas senyumannya, namun V segera menutup jendela kamarnya ”Permisi ya..show is over” kata V lembut. Dan V menutup tirainya, untuk kembali tidur.

V hampir saja terlelap lagi, ketika ketukan di pintu kamarnya mengusiknya. V mengambil sarung balinya ( tahu kan, kain pantai yang biasa dibeli di Bali), mengikatkan ke pinggang rampingnya dan membuka pintu kamarnya. ”Aqua..aQua” kata cowok tampan itu dibalik pintu, V terdiam dan menjawab ”saya ga pesen aqua galon”, ”Oh engga..ini bukan aqua galon, tapi aqua botol” kata cowok itu dengan senyum lebar, ”Hah!, aqua galon aja ga pesen, ngapain pesen aqua botol, lagian emang bisa ya aqua botol delivery” jawab V innocent, ”Hehe..gini loh, gw temennya Willy, nama gw Evan, td gw liat elo..cantik banget, boleh kenalan?” cerocos Evan tanpa memerdulikan Willy yang tertunduk malu di belakangnya. ”Owh..masuk-masuk” kata V, Evan tersentak, dan Willy tidak percaya, tanpa diduga V malah mempersilahkan masuk kedua cowok itu. V mengambil vodka mixmax cranberry kesukaannya dari kulkas dan memberikannya pada kedua cowok itu, ”Kenapa Will..koq diem aja” tanya V, sambil duduk bersila yang membuat kain itu tersingkap dan memperlihatkan kaki indahnya. V nampaknya kesulitan untuk membetulkan letak kain itu, tanpa diduga V berdiri dan melepaskan kain itu ”Gw rasa, lo bdua tadi udah liat gw kan..so buat apa ya gw jaim-jaim lagi” kata V sambil menggantungkan kain itu di belakang pintunya.

Tak lama berselang mereka bertiga udah sibuk dengan obrolan seru seputar piala dunia, V termasuk cewe maniak bola. ”Ok..ok..skrg udah jam 5 nih, terus terang d..sebenernya kalian ksini mau apa” kata V tembak langsung, Willy yang sibuk mencari minuman yang lebih keras dari sekedar vodka mixmax langsung tersentak kaget menyebabkan kepalanya terantuk kulkas itu. Willy gelagapan, ”gw..ke kamar gw dulu ya bentar, ambil bir..gw tahan gw minum ginian” kata Willy sambil ngeloyor pergi. Tak lama Willy kembali membawa sejumlah bir ditangannya, namun langkahnya terhenti di depan pintu. Dia melihat, V sedang berciuman panas dengan Evan, lidah mereka bertautan, Evan mendorong V ke tempat tidur, lalu memulai aksi-aksinya, tangannya sibuk meremas buah dada V yang sangat menggiurkan itu, 34 C ukurannya, tak lama Evan menurunkan ciumannya dari bibir V melintasi leher jenjang V, ke pundak, terus sampai ke buah dada V yang masih tertutup kaos putihnya, V menengok ke arah Willy dan memberi kode untuk masuk, karena Willy masih berdiri di depan pintu, yang menyebabkan pintu itu terbuka, V takut ketahuan penjaga kos itu. Willy maju dan langsung menutup pintu itu, adek kecilnya sudah berontak, seakan melihat Blue Film, tapi ini nyata. Kaos V dibagian dada sudah basah kuyub, sehingga putingnya tercetak jelas, tanpa diduga V mendorong Evan, V terduduk dan membuka kaosnya sehingga kini satu-satunya yang menempel di tubuh V hanyalah celana dalam hitam mininya. Evan segera melahap kedua buah dada nan indah itu, membuat V mendesah-desah tidak karuan. Willy segera menyalakan CD Player dan menyetel musik kencang-kencang untuk meredakan suara desahan V.

Sementara mulut evan bergerilya di buah dada V, tangannya sibuk mengelus-elus vagina V yang sudah basah kuyub sesekali jari Evan menyelinap ke bawah celana dalam V, membuat V semakin mengerang-ngerang keenakan. Lidah Evan bergerak turun, melewati perut rata V, sampai tepat di depan vagina V, perlahan dilepaskan celana dalam hitam itu, Evan melepaskan bajunya hingga telanjang bulat, dan mulai menjilati vagina V, sesekali disodok-sodoknya vagina yang sudah sangat basah itu, V mendesah-desah kepalanya bergerak ke kanan ke kiri, V melihat Willy sedang sibuk memuaskan dirinya sendiri, V memberi kode agar Willy mendekat, V berbalik posisi, ia sekarang menungging dengan vagina tetap dijilati Evan dan V mulai mengulum penis Willy yang sudah sangan tegang itu, Willy yang belum pernah melakukan ini tidak bisa menahannya, willy dibuat terbuai dengan keahlian V, V mengulum penis itu seolah mengulum loly pop, diputar-putar, dihisap-hisap, terkadang cepat, terkadang lambat, sehingga pertahanan Willy tak seberapa lama jebol juga, Willy memuntahkan spermanya di mulut mungil V yang disambut dengan hisapan sangat kuat, dan ditelannya sperma itu tanpa sisa sedikit pun, Willy duduk dikursi, meminum birnya sambil menikmati tontonan di depannya. Evan mulai mendekatkan penisnya ke vagina V, dalam posisi masih menungging, V yang tadinya sedang asik-asiknya menikmati jilatan Evan tentu saja kaget dan menolehkan kepalanya, Evan masih menggesek-gesekan kepala penisnya di bibir vagina V, ”aah..duh Evan..masukin donk, cepet!” kata V tidak tahan dengan rangsangan bertubi-tubi itu.

Namun Evan sepertinya sengaja membuat V meringis kenikmatan, tanpa tahu kapan akan dipuaskan. ”Sabar donk sayang” bisik Evan lembut sambil meremas buah dada V yang menggantung-gantung, ”Van..plis van..pliss” mohon V sudah tidak tahan. Evan pun segera mencoba memasukkan kepala penisnya ke liang vagina V, namun agak sulit rupanya. ”Ah..van, punya lo gede banget si..ga bisa masuk gini, padahal gw udah basah banget” kata V yang bingung kenapa tidak masuk juga penis Evan, ”Bukan punya gw yang kegedean V, lo yang kesempitan, gila..lo udah pernah ML lom si” kata Evan sambil tetap berusaha memasukan penisnya, ”ya udah la..gila kali lo ya, hari gini. Van masukin van..gw ga tahan ni..cepetan” jawab V setengah berteriak karena ga tahan ingin segera dipuaskan.

Akan tetapi Evan malah mencabut penisnya yang sudah masuk 1/3 itu. ”Ah gila lo ya, mau maenin gw” kata V tiba-tiba, namun ternyata Evan membalikan tubuh V sehingga posisi V terlentang, membuka lebar-lebar paha V, Evan mencium gadis cantik itu, sambil berusaha memasukkan penisnya, ”Ahhhh..evan gila, punya lo gede bangeeet!” teriak V ketika penis itu akhirnya masuk semua, ”Bentar-bentar Van, rada ngilu ni..gw ga pernah dimasukin yang segede gini” lanjut V ketika Evan mulai menggerakan tubuhnya. Evan pun berhenti bergerak. Ternyata Willy melangkah mendekat, Penisnya mengacung dengan gagahnya, V mengerti maksud Willy, V menengok ke arah penis itu yang diarahkan tepat ke mulutnya. Ketika V sibuk dengan penis Willy, Evan mulai menggerakan penisnya, ”Hmmppphh...hmpp” kata V, yang mulutnya tersumpal penis Willy, dari wajahnya Evan tahu V merasakan kenikmatan luar biasa, tanpa disangka Willy menarik penisnya, mendekatkan bibirnya ke bibir mungil gadis itu dan melumatnya dengan nafsu, dan disambut pula oleh V, tangan Willy sibuk meremas buah dada V, sesekali di pilin-pilin puttingnya, V melotot keenakan, apalagi penis Evan yang menancap di vaginanya memberika kenikmatan tersendiri.

Tak lama V melepaskan bibirnya dari bibir Willy lalu setengah berteriak ”Ahhh...gw keluarr..!” , tubuhnya menegang beberapa saat, Evan membalikan V yang lemas itu sehingga posisinya kembali V menungging, namun tanpa disangka Evan mencabut penisnya dan tentu saja kesempatan itu di manfaatkan Willy untuk memasukan penisnya ke vagina V, ”Ahh..Will, sebentar masih lemes!” jawab V, namun Willy tidak perduli, segera digoyangkan pinggangnya maju mundur, ”Ah..gila V, meki lo, kenapa gw ga pake lo dari dulu ya!” kata Willy keenakan dengan rapetnya vagina V, namun V tidak bisa menjawab karena mulutnya sudah disumpal oleh penis Evan, ”V..parah lo, lo mahasiswi apa perek si, gila servis lo” kata Evan yang kagum dengan keahlian lidah V memberikan kenikmatan kepadanya, ”Lo perek ya V, perek kan lo V” teriak Willy sambil memukul pantat indah V, ”hmmpphh..” kata V, sepertinya V ingin berteriak, namun tidak bisa karena ada penis besar di mulutnya, ”ah V, puter V, sedot V...ah gila V..ssshhh...aahh..” kata Evan sambil menjambak rambut V dan memaju mundurkan kepala V ke penisnya , tiba-tiba V mendorong tubuh Evan ”Van..punya lo tu gede tau, gila bisa mati gw keabisan napas gara-gara keselek k*nt*l” kata V sambil megap-megap, ”Hehe sorry sayang, ga lagi deh” kata Evan yang disambut dengan jilatan di pangkal penisnya, hisapan dan kenikmatan lainnya.

Tak lama..”V, gw mau keluar...lo bisa telen kan?” kata Evan, V menengadah ke atas dan menganggukan kepala, ”Terus V, ahh..ssshhh...dikit lagi V” ceracau Evan diujung orgasmenya, dan tak lama habis lah sperma Evan dihisap oleh V. Evan mencabut penisnya dari mulut V, ”ah..Will, gw mau kluar lagi ni!” kata V megap-megap, ”Will..ahh..ngghh” desah V tidak karuan di pompa dari belakang seperti itu. Payudara indah V bergantung ke kanan ke kiri, tangan Willy tiba-tiba menjambak rambut V, membuat tubuh V melengkung, ”V..gw mau kluar, kluarin di dalem ya”, ”Ahhh..Will, gw jg mau kluar, bareng-bareng ya..kluarin dalem aja” jawab V yang nampaknya menikmati siksaan terhadap dirinya itu. ”Ahhhhhhhhhhhh...” triak V panjang, dan tak lama Willy pun menyusul. Mereka ambruk berbarengan, dan ketika Willy mencabut penisnya terlihat sperma Willy menetes dari vagina V, V menengok ke samping dan melihat rupanya Evan sedang dipuaskan oleh tangannya sendiri.

V berjalan ke kamar mandinya, membersihkan vaginanya dan keluar menggunakan kimono mandinya. ”Thx ya guys, gw udah lama ga dapet jatah. Cowok gw pindah ke Aussie sih!” kata V lembut sambil mengecup kening kedua cowok beruntung itu dengan mesranya. ”Anytime kalian ada waktu....gw siap koq” lanjut V lagi, terlihat rona merah di pipi mulusnya. ”Thx V!” jawab Evan dan Willy berbarengan.

__________________
Tamat

Hobby menyimpang Wanda

Well, namaku Wanda, umurku 21 tahun. Kata orang aku cantik, dan aku mengetahui hal itu, haha.. Tinggiku 160 cm dan beratku 52 kg,Ukuran Braku 34 C dan celana jeansku 28. Bentuk tubuhku nyaris sempurna, kenapa aku bilang nyaris karena kan tidak ada orang yang sempurna Yah dengan segala kelebihanku ini aku merasa harus membaginya dengan sesama, itu lah kenapa aku suka berpakaian minim dan memamerkan tubuhku. Umm apa ya sebutannya, ah ga penting yang penting kalian tahu maksudku kan?

Aku mengetahui kelainanku ini ketika duduk di kls 1 sma, waktu itu di kelasku mayoritas cowok. Sehingga cewek-cewek di kelas diperlakukan bagai Putri.
Tetapi di kelasku itu hanya ada 3 orang cewe yang berwajah lumayan, aku, teman sebangkuku Achie dan satu lagi aku ga begitu kenal dekat tapi kalau ga salah namanya Nadia. Jadilah kalau pelajaran kosong atau istirahat cowok- cowok di kelas cari muka dengan aku dan Achie teman sebangkuku.

Entah kenapa aku merasa senang skali jadi pusat perhatian, jadi mulailah sedikit demi sedikit baju seragamku mengetat, dan rok ku memendek Achie yang sedikit tomboy dan sudah punya pacar terkadang kalau istirahat langsung ngeloyor ke kelas cowoknya, sedangkan aku diam di kelas meladeni cowok2 kesepian itu.Namun keberanianku cuma sampai disitu saja.

Hingga sewaktu aku naik kelas 2 aku ikut ekskul cheerleaders sehingga aku makin2 jadi pusat perhatian. Cheerleaders yang kalau tampil selalu pakai baju ketat dan rok mini. Sehingga aku pun semakin berani menampilkan diri, terkadang sampai basah vaginaku bila cowok-cowok yang menonton melihat dengan pandangan yang mupeng seakan-akan melihatku bagai tanpa busana.

Aku ingin menceritakan pengalaman beraniku sewaktu kelas 3 SMA, waktu itu hari sudah sore, anggota cheers baru selesai latihan, beberapa langsung pulang
dan beberapa lagi langsung mandi di ruang locker. Sedangkan aku memilih untuk bersantai di kelasku 3 IPS 3 yang berada di lantai 3 paling pojok. Kelasku ini paling nyaman dibanding kelas-kelas lainnya, kelas ini satu-satunya yang memiliki 3 AC sekaligus, jadi lebih sejuk di kelas ini, selain AC kelas ini juga paling besar dan punya fan juga. Pokoknya kelas paling enak deh, aku berlari dari aula lantai 2 tempatku berlatih ke lantai 3. Sampai di kelas karena hari itu sudah hampir pukul 5, dan sepi banget, aku memutuskan untuk ganti baju disitu. Aku lepaskan celana pendek daleman rokku dan juga kaosku yang sudah basah oleh keringat. Aku lupa tidak membawa baju ganti, jadi kuputuskan untuk memakai baju seragam putihku.

Tapi sebelum aku berganti baju aku tidur-tiduran di atas meja, tepat dibawah fan untuk meng"adem"kan badanku. Latihan cheers tadi menguras keringatku
jadi seluruh tubuhku basah. Aku hanya memakai rok cheers yang pendek dan celana dalam g-string warna hitam serta Bra hitam mini, aku tidur-tiduran di atas meja sambil sesekali mengelap tubuhku dengan handuk kecil, tetapi ternyata aku kecapean hingga ketiduran. Tiba-tiba aku dengar pintu dibuka, aku tersentak kaget
dan kulihat si ganteng Evan anak IPA itu memasuki kelas, aku melirik jam ternyata aku ketiduran 20 menit. Bukannya aku mencoba menutupi tubuhku tapi malah
aku pasang posisi menggoda dan pura-pura tertidur. Evan si ketua osis itu melongo melihatku seperti itu. Namun perlahan tapi pasti Evan malah mendekatiku.

Evan mencoba memanggil namaku, nampaknya ingin membangunkan atau hanya ingin mengecek saja. "Wan.." seru Evan pelan. Aku pura-pura tertidur sambil mengganti posisi lebih menggoda lagi, tanpa kusadari sudah basah vaginaku melihat evan melongo memandangiku. Evan menyentuh pelan tanganku untuk membangun- kanku namun aku diam saja. Evan pun memegang perutku namun aku masih pura-pura tertidur. Sampai Evan menyentuh payudaraku pelan, aku malah mendesah namun tetap tertidur akhirnya evan memberanikan diri meremas payudaraku, lagi-lagi aku mendesah saja. Evan menurunkan tali Braku dan menarik Braku turun hingga ke perut. Buah dadaku terpampang dengan jelas, dan putingnya yang mengeras sudah tegak berdiri. Evan meremasnya lagi, kini aku pura-pura agak tersadar.

Evan kaget dan sedikit mundur dari tempatnya berdiri, namun aku masih ingin menikmati permainan ini sehingga aku merubah posisi menjadi menyamping.
Rok cheersku yang pendek terangkat, sehingga pantatku terpampang di hadapan Evan. Aku mengenakan g-string jadi Evan bisa melihat jelas bongkahan pantatku
Evan meremasnya, aku sangat menikmatinya, aku yakin vaginaku sudah sangat basah. Evan lalu berpindah berdiri, sehingga ia berada di hadapan payudaraku.
Ia meremasnya lembut dan tangan satunya meremas pantatku. Aku masih pura-pura tertidur, nampaknya evan tahu aku pura-pura, karena aku terkadang mendesah pelan tiap kali ia menyentuhku. Nampaknya Evan sudah tidak tahan, aku bisa melihat "adek"nya sudah sangat keras dibalik celana abu-abunya, karena berada tepat di depan wajahku.
Aku pura-pura mengganti posisi dan menyebabkan wajahku menempel pada "adek"nya, Evan menggesek-gesekan adeknya itu, dan tiba-tiba saja tanpa disangka-sangka Evan menarik g-string miniku hingga putus. Dan ia memukul pantatku, ah diperlakukan seperti itu tidak mungkin aku pura-pura tertidur, jadi aku bangun dan dengan panik aku tutupi dadaku. "Evan, mau ngapain lo!" bentakku,

Evan hanya tersenyum saja dan dia berkata "Engga tadi laporan osis ketinggalan" lalu ngeloyor pergi, aku terduduk di meja membenahi Braku itu, namun Evan balik lagi, aku langsung panik menutupi payudaraku lagi Evan berkata "Umm btw, nice boobs u have.." lalu pergi lagi, aku hanya tersenyum tersipu ketika Evan pergi, entah kenapa aku merasa horny sekali sewaktu dia memujiku. Ketika aku sedang tersenyum Evan balik lagi dan memergoki ku sedang tersenyum tersipu..lalu dia berkata lagi "haha..lo seneng ya?, ah..nice butt too" lalu dia pergi lagi. Aku senang bercampur malu saat itu.

Aku melihat jam sudah menunjukan hampir pukul 6, karena ga ada celana dalam lagi, aku pulang hanya menggunakan rok cheers tanpa celana dalam.
Rupanya tanpa aku sadari kaos bekas cheers tadi yang basah aku letakkan di atas seragam putihku, sehingga seragam putihku itu ikut-ikutan basah. "Wah kebetulan, its show time!" kataku dalam hati, aku lepaskan Bra hitam miniku, dan pulang mengenakan seragam sekolah putih yang basah dan rok cheers yang mini tanpa pakaian dalam sama sekali. Aku menatap cermin yang ada di kelas itu, putingku yang masih mengeras tercetak jelas di seragam putihku yang ketat dan rok cheers itu sangat pendek sekali, bila aku membungkuk sedikit saja, pasti orang-orang bisa melihat bokong indahku.

"Sempurna" bisikku pada diriku sendiri. Aku bergegas pulang, ketika aku melintasi lapangan masih ada anak-anak kelas 2 sedang bermain basket, dan bola itu
memantul dekat tmpku berjalan. Cowok-cowok itu meminta tolong aku mengambil bola basket itu, aku tersenyum manis, membelakangi mereka dan dengan pantat menghadap mereka aku membungkuk mengambil bola itu, cowok-cowok kelas 2 itu langsung terdiam, mereka dapat melihat jelas pantat mulusku, bahkan vaginaku bila mereka lebih teliti lagi. Tapi kejadian itu tak berlangsung lama, hanya sekitar 5 detik-an dan aku berbalik badan melempar bola basket itu. Mereka hanya tersenyum saja ketika aku berbalik badan dengan wajah "tak tahu apa-apa".

Aku pun pulang naik mikrolet, untung saja langsung kudapatkan begitu aku keluar sekolah. Di mikrolet itu hanya ada 1 anak kuliahan *mungkin* dan 2 orang bapak-bapak aku sedikit menyesal karena di mikrolet itu tidak ada yang mukanya oke punya. Ketika memasuki Mikrolet aku agak membungkuk, pastilah pantatku itu terlihat jelas, pikirku dalam hati. Aku duduk di pojok, di depanku 2 orang bapak-bapak itu, aku duduk agak menyamping, namun tmp duduk mikrolet itu terlalu pendek. Dudukku jadi seperti berjongkok aku tutup kakiku rapat-rapat, tapi pasti pahaku bisa terlihat jelas oleh bapak-bapak itu. Aku pura-pura tidak tahu, anak kuliah itu pasti tadi sudah melihat pantatku waktu aku masuk tadi karena ia duduk dekat pintu, sekarang bapak-bapak ini menatapku dari atas sampai bawah.

Entah kenapa aku horny sekali ketka mereka memandangiku seperti itu, jadilah aku mulai berulah aku memutir2 kancing kedua baju seragamku, lalu perlahan, dengan wajah tidak melihat bapak-bapak itu aku melepaskan kancing keduanya. tanpa melepas kancingpun mereka sudah bisa melihat payudaraku secara jelas aku pikir, namun karena hari itu sudah gelap, dan lampu mikrolet remang-remang mungkin putingku tidak terlalu tercetak. Aku mendengar bapak-bapak itu menahan nafas waktu aku melepaskan kancing nomor dua itu dengan seksi. Kini aku semakin berani, entah kenapa dorongan untuk berbuat lebih ada dalam diriku. Aku pun tidak lagi memiringkan badanku, tapi menghadap lurus ke bapak-bapak itu, sehingga sekarang mereka bukan saja melihat payudaraku dari samping, tapi dengan jelas dapat melihat belahan dada dan separuh payudaraku apalagi putingnya tercetak jelas disitu, aku tersenyum menggoda kepada mereka, dan mereka balas tersenyum.

Asal kalian tahu, kancing bajuku hanya ada 4, jika sudah terbuka 2, berarti sudah separuh dari bajuku terbuka. Aku memilin2 kancing nomor 3, aku melihat anak kuliahan itu begeser mendekat, tak ingin ketinggalan pertunjukan rupanya. Aku memilin-milin kancing nomor 3 dan perlahan ku buka pahaku..aku yakin vaginaku yang basah dapat terlihat.

Aku membukanya sedikit saja, tanganku yang satu memilin-milin kancing baju nmor 3 dan satunya mengangkat rok-ku perlahan-lahan.
Ketika aku ingin melepaskan kancing nomor 3, aku mendengar seseorang memanggil. Aku menghentikan kegiatanku, nampaknya mereka kecewa. Aku menoleh ke belakang, rupanya Evan dalam mobil Jazznya waktu itu Jazz baru saja keluar, wah pokoknya mewah banget, ia memberikan isyarat untuk turun dan naik mobilnya, memang waktu itu lampu merah.

Namun tanpa kusangka-sangka bapak-bapak di depanku membuka lebar pahaku, dan yang satunya menarik rokku naik, aku berteriak sedikit. Lalu aku mengetuk mikrolet tanda aku ingin turun. Sebelum turun aku tulis nomor tlpku di tangan salah satu bapak itu entah apa maksudku, mungkin agar aku dibiarkan turun, mereka melepaskan pahaku. Aku menyiapkan uang receh lalu bergegas turun. Namun sewaktu turun aku sengaja membungkuk dengan belebihan sehingga pantatku terlihat semua, lalu aku rasakan tangan-tangan mereka mencubit dan memegang pantatku, aku membayar mikrolet dan sempat berkata. "Udah dulu ya live shownya" sambil tersenyum menggoda, mereka hanya tertawa-tawa saja.

Aku berlari menuju mobil Evan, dan langsung duduk di depan. Rokku tertarik naik sewaktu aku duduk buru-buru. Evan tersenyum ia bilang "Da..body lo oke banget..di rawat ya", eh agak canggung aku tp aku pura-pura cuek dan menjawab "thx, iya emang gw care banget sama body gw", suasana hening sejenak, "Da, mau makan dulu ga, lo pasti laper abis latihan cheers" suara Evan yang berat itu memecah keheningan aku cuma mengangguks aja, "eh tapi bayarin yah, gw ga ada duit" kata ku tiba-tiba, "Beres, tapi ada imbalannya ya" jawab Evan sambil tangannya berpindah ke pahaku, dan membelainya. "Eh..iyaa.." jawabku pelan menikmati sentuhannya, kami menuju ke Chitos, namun aku ingat kalau di Chitos ga boleh masuk pakai seragam. Maka aku sempatkan ganti baju di parkiran, dengan kaos bekas latihan tadi, sudah bau keringat tapi gimana lagi, sewaktu aku ganti baju Evan menciumku dan meremas dadaku lembut, aku membalasnya tapi hanya sebentar saja karena aku blg "Van, makan dulu yu, macem-macemnya nanti aja de" kataku tersenyum manja.

Evan melongo waktu dia sadar baju apa yang kukenakan. "Lo yakin Da mau pakai baju itu?" kata Evan berusaha meyakinkan diri, "iya emangnya kenapa.." jawabku cuek. Haha..baju itu sudah tidak lagi menutupi apa-apa, kaos itu berdada V rendah berwarna putih polos, bahannya sangat tipis karena itu kaos untuk latihan, sehingga tidak membuat badan panas. Dan kali ini ditambah dengan basah, lekuk tubuhku dan bayangan putingku tercetak jelas. "Udah la van cuek aja.."kataku, Evan hanya mengangguk-angguk lalu memencet tombol kunci mobilnya. "Kecuali kalo lo malu.." sambungku, "ah gila kali lo ya, jalan sama cewe secantik lo, seseksi lo, bisa malu gw?" jawab Evan spontan, aku hanya tersenyum geli saja.

Kami makan di Izzi Pizza, sewaktu kami makan aku tak luput dari pandangan orang-orang, ya cewe ya cowok, dan pandangannya macem-macem, ada cewe yang jealous ada yang jijik mungkin, ada yang kaget, tapi lebih banyak yang mupeng sih. Evan tidak makan banyak waktu itu, tangannya terus berada dibawah membelai-belai pahaku bahkan sampai terangkat rokku, terkadang aku membuka pahaku, sehingga jari-jari Evan kadang menyentuh vaginaku, pemandangan itu tentu saja membuat orang-orang kaget. Tapi nampaknya Evan juga cuek saja, jadi ya aku cuek saja.

Waktu sampai di mobil, Evan langsung menyergapku, menurunkan kusiku hingga tiduran, mencium bibirku dengan nafsunya dan langsung menarik payudaraku keluar dari bajuku melalui kerah V yang rendah itu, ia langsung menghisapnya
keras-keras dan jarinya mulai mengelus-elus vaginaku, vaginaku sangat basah, daritadi aku merasa horny banget dengan segala kelakuan gilaku, aku membuka pahaku lebar-lebar sehingga jari-jarinya lebih leluasa membuaiku.

Evan makin liar, kini jari-jarinya mulai disodok-sodok ke vaginaku, aku benar-benar terbuai, sebenarnya kaca mobil Evan termasuk 95% gelap, namun tidak dengan kaca depannya. Kaca depannya bening sebening aquarium, sehingga siapapun yang melintas pasti bisa melihat perbuatan kami, namun kami parkir agak jauh dan hari itu hari sekolah, sehingga Chitos tidak begitu ramai. Aku naikkan kakiku ke atas dashboard, dan membukanya lebar-lebar, namun tiba-tiba aku melihat seorang satpam memergoki kami dari kaca depan, aku pura-pura tidak tau saja, malah membalas ciuman evan dengan ganas, Evan pun makin liar mengelus- elus klitorisku dan mulutnya masih tetap di buah dadaku yang montok itu.

Satpam itu disitu sekitar 4 Menit, menonton kami hingga akhirnya ia mengetok kaca sebelahku, Evan terlonjak kaget dan ingin segera tancap gas, karena daritadi mobilnya sudah menyala. Namun aku memegang tangannya dan malah
membuka kaca itu, payudaraku sebelah masih keluar dari kerahku, dan rokku masih terangkat memperlihatkan vaginaku dengan bulu-bulu halus yang rapih. Satpam itu nampaknya kaget, namun denga sigap aku pegang tangan satpam itu
dan menaruhnya di payudaraku, tangan itu begitu kasar, berbeda dengan tangan Evan, Satpam itu diam tak berkutik, "Bapak mau ini kan.." kataku sambil menuntunnya meremas-remas payudaraku. Aku merasakan sensasi luar biasa, hingga mendesah-desah sendiri, Evan menonton kelakuanku hingga melotot. Satpam itu terlihat sangat menikmatinya, namun tiba-tiba aku berteriak "Van gas sekarang!!", Evan dengan panik langsung menginjak gas dan pergi dari situ.
Lalu Evan dan aku tertawa-tawa heboh, "Gila ya lo da, gw ga nyangka lo seliar itu" kata Evan, aku tersenyum menggoda, merapatkan tubuhku yang payudaranya masih mencuat keluar, dan berkata "Mau yang lebih liar.."

Evan lalu mempercepat laju mobilnya, namun tiba-tiba di tengah perjalanan dia bertanya "Da, maaf nih ya, tp lo cewe bayaran?" katanya pelan. Aku cuma tertawa saja, "Da serius, kalau bener bisa dibayar..." evan menghentikan kalimatnya "Kenapa lo mau bayar gw?" kataku cepat..Evan tersenyum dan mengangguk, "Van..buat lo gratis.." jawabku cuek. "Eh da, jadi bener lo cewe bayaran?" tanyanya lagi. Aku menggeleng, dia terlihat kebingungan.
"Engga, percaya ato ga gw masih virgin kalee" jawabku lagi, Evan melotot, "Beneran?" tanyanya ga percaya, "Mau bukti..?" tantangku, Evan diam saja, "Ini kan sekarang kita mau buktiin" jawabku sambil tersenyum. Evan hanya terdiam kebingungan.

Akhirnya kami sampai di sebuah rumah besar banget dibilangan Cilandak, ga jauh dari Chitos. Waktu hampir sampai Evan memintaku membenarkan pakaianku. Dan memintaku mendoblekan bajuku dengan baju seragam tadi, supaya tidak terlihat mencolok. Benar saja 2 satpam langsung membukakan pintu, Evan langsung memasukin garasi. Dan mematikan mobilnya, waktu itu sudah hampir pukul 9, aku pun turun dari mobil, dengan pakaian yang lebih rapih. Tersenyum pada satpam itu, satpam itu bertanya pada Evan "pacar baru den?" Evan hanya menjawab "Yoi donk pak!" sambil menggandeng tanganku masuk.

Rumah itu besaaar banget, tapi sepi ga ada orang, "Van pada kemana.." kataku pelan, "Nyokap udah meninggal waktu lahirin gw, bokap.. tinggal dirumah istri barunya, gw sendirian deh.." jawabnya singkat. "Ah udahlah yuk masuk.." kata Evan sambil menarik tanganku masuk ke kamarnya. Evan segera menutup pintunya dan menciumku dengan liarnya, tangannya segera menjelajah semua tubuhku, dalam posisi berdiri dia angkatnya rokku dan diremasnya pantatku. Namun tiba-tiba Evan berhenti, "Da, lo nginep sini aja ya, blg sama nyokap lo gih" katanya sambil melemparkan hpnya. Lalu aku meminta Evan menyalakan CD playernya dengan lagu-lagu hiphop "Ma..wanda ga bisa balik nih, masih latihan cheers" teriakku disela-sela musik yang kencang itu, "Oh iya-iya itu apa sih dibelakang berisik amat" kata mama balas teriak "Anak-anak lagi latihan ma, mungkin kalau kemaleman Wanda nginep rumah temen ya ma" jawabku lagi, mama hanya bisa menyetujui saja.

Selesai menelepon aku melihat sekeliling, tidak ada Evan, tiba-tiba Evan keluar dengan baju handuk putih, dan menarikku masuk ke kamar mandi. "Mandi dulu, lo bau asem" katanya sambil cengengesan, aku hanya bisa menurut saja.
Di kamar mandinya ada whirlpool, seperti jacuzzi, sudah dituang shower bath sehingga berbusa-busa, Evan melepas seluruh bajuku dan menggendongku masuk ke jacuzzi itu. Evan memandikanku dengan sangat lembut. Ia membelai seluruh jengkal tubuhku tapi dengan lembut sekali, berbeda dengan ketika di mobil tadi. Evan menarik tubuhku keluar dan menyuruhku berdiri dibawah shower, ia menyalakan air hangat dan membiarkanku membilas diri. Evan yang sudah tanpa busana itu memelukku dari belakang.

"adek"nya menyentuh pantatku, ditekan-tekannya adeknya itu, lalu Evan meremas payudaraku dari belakang, sambil tetap ditekan-tekan penisnya ke pantatku. Nafsuku bangkit, dibawah guyuran air hangat dari shower, Evan menciumi pundakku, dan leherku terkadang dijilatnya telingaku, membuatku bergetar-getar tersengat dengan birahiku. Aku membalikkan badan, dan mencium Evan, kami berciuman lama sekali, aku sudah horny sekali, ingin rasanya meminta Evan memasukkan penisnya, namun aku malu.

Lagi-lagi Evan menghentikan aksinya, ditariknya tubuhku lalu dikeringkan, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aku diperlakukan bagai Putri. Evan lalu mengeringkan tubuhnya sendiri lalu menggendongku ke tempat tidur. Ia menindihku dan menciumku lidah kami berpangutan, terkadang Evan menghisap bibirku, tangannya meremas lembut payudaraku, terus ke perutku dan lalu sampai di vaginaku. Di gesek-gesekkan perlahan jarinya di klitorisku, aku mendesah tidak karuan, Evan lalu menurunkan bibirnya menjilati leherku, pundakku lalu ke payudaraku, di gigit-gigit lembut putingku, sambil tangannya terus bergerilya di vaginaku. Aku memeluk Evan lalu berguling. Aku cium Evan dari bibir, dada, perut sampai ke penisnya. Penisnya besar dengan panjang hampir 20 cm dan diameter yang besar pula. Aku terbayang ngeri memasukkan benda itu ke vagina perawan ku.

Aku menjilati penis Evan, tiba-tiba Evan memegang kepalaku dan mendorongnya, sampai tersedak aku, benda itu tidak bisa masuk semua ke dalam mulutku aku bermain dengan penis Evan sekitar 10 menit, ketika tiba-tiba Evan membalikkan badannya hingga posisi 69, aku diatas. Evan menjilat vaginaku pelan, aku langsung mengejang, ini pertama kali aku dijilat di vagina. Tangan evan sesekali menyodok-nyodok vaginaku, sambil lidahnya disentil-sentilkan ke klitorisku. Aku benar-benar terbuai oleh nafsuku.

Aku sampai memohon pada Evan agar ia segera memasukkan penisnya, "Van, please van.."hampir nangis aku dibuatnya. Evan membuka pahaku lebar-lebar, dan mengarahkan penisnya ke vaginaku yang sangat basah itu.
"Aaashh.."desisku pelan, sakit tapi aku berusaha tak menunjukkannya, Evan kembali mendorongnya sedikit lagi, "Sshhshh.."Desahku antara sakit dan enak, "Ahhh.." Evan berteriak ketika seluruh penisnya masuk, aku meneteskan air mata, karena rasanya sakit
sekali, nampaknya Evan mengetahui hal itu ia tidak bergerak sedikitpun, memberi waktu vaginaku untuk menyesuaikan diri. Ketika aku sudah mulai terlihat tenang, Evan menggerakkan pinggulnya, menarik dan memasukkan penisnya dengan perlahan.
Tubuhku bergerak-gerak ga karuan, nikmatnya luar biasa. Makin lama Evan mempercepat gerakannya, aku pun berusaha menyeimbanginya, namun semakin aku bergerak semakin dekat aku menuju orgasme pertamaku. "Aaahh..terus van, oh yess..shitt..ahh" ceracauku
ga karuan, Evan nampaknya tau aku sudah hampir sampai, makin liar gerakannya, selain maju mundur, terkadang diputar-putar, membuatku melotot keenakan. Akhirnya tak berapa lama sampailah aku pada orgasmeku "Aaarrgh..aaaaaaaaaa...." teriakku melengking
Evan melotot, aku yakin dia menahan orgasmenya, karena pasti vaginaku mencengkram penisnya kuat-kuat saat itu.

"Ah gila van..enak banget" jawabku lemas dengan pandangan sayu. Evan hanya tersenyum, lalu dengan penis masih tertancap, ia menyedot-nyedot payudaraku, aku keenakan dibuatnya, sehingga horny lagi. Aku menggerakan pinggulku maju mundur, padahal Evan masih diam saja, tersenyum penuh kemenangan "Van, sodok donk, asshh..van cmon" pintaku memelas pada Evan, Evan malah melepaskan penisnya, aku melotot mau marah, tapi, Evan segera membalikkan tubuhku dan menggangkat pinggulku. Aku segera pasang posisi merangkak, bertumpu pada tangan. Evan memasuki vaginaku dari belakang, lalu memompanya dengan cepat, tangannya meremas-remas payudara 34 C ku yang bergoyang-goyang kesana kemari. "Ohhh..aahhh..Wandaa..m*m*k lo..aassshhh" ceracau Evan menikmati posisi tersebut, aku hanya bisa mendesah-desah keenakan, karena orgasme keduaku hampir datang "Van, terus van, gw mau keluar lagi", kataku ngos-ngosan.

Tanpa diduga, Evan menjabak rambutku "Aaaaaww" teriakku kesakitan, namun ia tetap memompa vaginaku jadi antara enak dan sakit, aku baru sadar ia mengangkat kepalaku agar melihat persetubuhan kami di cermin di samping tmp tidur itu, yang terletak di lemari, cermin seluruh badan. POsisi kami memang bukan di tengah tmp tidur, kaki Evan masih berada di lantai, Evan berdiri sementara aku posisi merangkak, sekarang posisiku setangah jongkok karena Evan menjabak rambutku, di cermin aku bisa melihat payudaraku bergerak-gerak, dan aku bisa melihat expresiku setiap kali Evan menyodok vaginaku dari belakang. Ini membuatku semakin bernafsu, dan makin dekat orgasme, "Van..gw mau keluar..assshhh" katalu terengah-engah, "Da, gw...juga..di da-lem..niihhh?" jawab Evan putus-putus karena sambil memompaku. "Iya di dalem aja, please, dikit lagi..aaashh.. sshhh.."jawabku cepat-cepat.

Evan semakin mempercepat gerakannya. Tangan satunya masih menjambakku, dan satunya lagi meremas-remas payudaraku. "AAAAAAAAAARRRGGHHH" teriak kami berbarengan, saat kami *ternyata* orgasme bersamaan "aasshhh..aaa" sambungku lagi, orgasmeku panjang sekali, aku bisa merasakan penis Evan menyemprot berkedut-kedut di dalam vaginaku.

Evan melepas jambakannya dan membiarka tubuhku terkulai. Evan menindihku dari belakang, membuatku ngos-ngosan, akhirnya penis yang masih tertancap itu ditarik oleh Evan, dan ia berguling ke samping. "Thx ya da.." katanya sambil mengelus-elus kepalaku.
Aku membalikkan badan dan merapatkan tubuhku, Evan memelukku. Namun tidak lama Evan berdiri dan menggendongku memandikanku lagi. Ketika kembali ke tmp tidur, Evan melihat bercak darah kevirginanku. Evan melotot dan melihat ke arahku kaget,
aku cengengesan dan berkata "bener kan gw masih perawan", Evan merasa bersalah, dan sejak saat itu kami resmi berpacaran.

Evan sangat mendukung hobbyku pamer-pamer tubuh, bahkan ia tidak mengizinkanku memakai BH ke sekolah. Nampaknya ia juga horny kalau melihat laki-laki lain memandangi tubuhku sampai melotot.
Akibat tidak pakai BH dan pakaian kelewat tipis, serta kelewat pendek. Aku sampai dipanggil kepala sekolah. Lain kali aku ceritakan pengalamanku bersama Kepala Sekolah , dan pengalaman-pengalamanku yang lainnya.
Sekarang aku masih pacaran dengan Evan, kami berdua kuliah di Bandung, dan hobbyku ini masih tetap berlangsung.

__________________
Tamat

Hobby menyimpang Wanda

Well, namaku Wanda, umurku 21 tahun. Kata orang aku cantik, dan aku mengetahui hal itu, haha.. Tinggiku 160 cm dan beratku 52 kg,Ukuran Braku 34 C dan celana jeansku 28. Bentuk tubuhku nyaris sempurna, kenapa aku bilang nyaris karena kan tidak ada orang yang sempurna Yah dengan segala kelebihanku ini aku merasa harus membaginya dengan sesama, itu lah kenapa aku suka berpakaian minim dan memamerkan tubuhku. Umm apa ya sebutannya, ah ga penting yang penting kalian tahu maksudku kan?

Aku mengetahui kelainanku ini ketika duduk di kls 1 sma, waktu itu di kelasku mayoritas cowok. Sehingga cewek-cewek di kelas diperlakukan bagai Putri.
Tetapi di kelasku itu hanya ada 3 orang cewe yang berwajah lumayan, aku, teman sebangkuku Achie dan satu lagi aku ga begitu kenal dekat tapi kalau ga salah namanya Nadia. Jadilah kalau pelajaran kosong atau istirahat cowok- cowok di kelas cari muka dengan aku dan Achie teman sebangkuku.

Entah kenapa aku merasa senang skali jadi pusat perhatian, jadi mulailah sedikit demi sedikit baju seragamku mengetat, dan rok ku memendek Achie yang sedikit tomboy dan sudah punya pacar terkadang kalau istirahat langsung ngeloyor ke kelas cowoknya, sedangkan aku diam di kelas meladeni cowok2 kesepian itu.Namun keberanianku cuma sampai disitu saja.

Hingga sewaktu aku naik kelas 2 aku ikut ekskul cheerleaders sehingga aku makin2 jadi pusat perhatian. Cheerleaders yang kalau tampil selalu pakai baju ketat dan rok mini. Sehingga aku pun semakin berani menampilkan diri, terkadang sampai basah vaginaku bila cowok-cowok yang menonton melihat dengan pandangan yang mupeng seakan-akan melihatku bagai tanpa busana.

Aku ingin menceritakan pengalaman beraniku sewaktu kelas 3 SMA, waktu itu hari sudah sore, anggota cheers baru selesai latihan, beberapa langsung pulang
dan beberapa lagi langsung mandi di ruang locker. Sedangkan aku memilih untuk bersantai di kelasku 3 IPS 3 yang berada di lantai 3 paling pojok. Kelasku ini paling nyaman dibanding kelas-kelas lainnya, kelas ini satu-satunya yang memiliki 3 AC sekaligus, jadi lebih sejuk di kelas ini, selain AC kelas ini juga paling besar dan punya fan juga. Pokoknya kelas paling enak deh, aku berlari dari aula lantai 2 tempatku berlatih ke lantai 3. Sampai di kelas karena hari itu sudah hampir pukul 5, dan sepi banget, aku memutuskan untuk ganti baju disitu. Aku lepaskan celana pendek daleman rokku dan juga kaosku yang sudah basah oleh keringat. Aku lupa tidak membawa baju ganti, jadi kuputuskan untuk memakai baju seragam putihku.

Tapi sebelum aku berganti baju aku tidur-tiduran di atas meja, tepat dibawah fan untuk meng"adem"kan badanku. Latihan cheers tadi menguras keringatku
jadi seluruh tubuhku basah. Aku hanya memakai rok cheers yang pendek dan celana dalam g-string warna hitam serta Bra hitam mini, aku tidur-tiduran di atas meja sambil sesekali mengelap tubuhku dengan handuk kecil, tetapi ternyata aku kecapean hingga ketiduran. Tiba-tiba aku dengar pintu dibuka, aku tersentak kaget
dan kulihat si ganteng Evan anak IPA itu memasuki kelas, aku melirik jam ternyata aku ketiduran 20 menit. Bukannya aku mencoba menutupi tubuhku tapi malah
aku pasang posisi menggoda dan pura-pura tertidur. Evan si ketua osis itu melongo melihatku seperti itu. Namun perlahan tapi pasti Evan malah mendekatiku.

Evan mencoba memanggil namaku, nampaknya ingin membangunkan atau hanya ingin mengecek saja. "Wan.." seru Evan pelan. Aku pura-pura tertidur sambil mengganti posisi lebih menggoda lagi, tanpa kusadari sudah basah vaginaku melihat evan melongo memandangiku. Evan menyentuh pelan tanganku untuk membangun- kanku namun aku diam saja. Evan pun memegang perutku namun aku masih pura-pura tertidur. Sampai Evan menyentuh payudaraku pelan, aku malah mendesah namun tetap tertidur akhirnya evan memberanikan diri meremas payudaraku, lagi-lagi aku mendesah saja. Evan menurunkan tali Braku dan menarik Braku turun hingga ke perut. Buah dadaku terpampang dengan jelas, dan putingnya yang mengeras sudah tegak berdiri. Evan meremasnya lagi, kini aku pura-pura agak tersadar.

Evan kaget dan sedikit mundur dari tempatnya berdiri, namun aku masih ingin menikmati permainan ini sehingga aku merubah posisi menjadi menyamping.
Rok cheersku yang pendek terangkat, sehingga pantatku terpampang di hadapan Evan. Aku mengenakan g-string jadi Evan bisa melihat jelas bongkahan pantatku
Evan meremasnya, aku sangat menikmatinya, aku yakin vaginaku sudah sangat basah. Evan lalu berpindah berdiri, sehingga ia berada di hadapan payudaraku.
Ia meremasnya lembut dan tangan satunya meremas pantatku. Aku masih pura-pura tertidur, nampaknya evan tahu aku pura-pura, karena aku terkadang mendesah pelan tiap kali ia menyentuhku. Nampaknya Evan sudah tidak tahan, aku bisa melihat "adek"nya sudah sangat keras dibalik celana abu-abunya, karena berada tepat di depan wajahku.
Aku pura-pura mengganti posisi dan menyebabkan wajahku menempel pada "adek"nya, Evan menggesek-gesekan adeknya itu, dan tiba-tiba saja tanpa disangka-sangka Evan menarik g-string miniku hingga putus. Dan ia memukul pantatku, ah diperlakukan seperti itu tidak mungkin aku pura-pura tertidur, jadi aku bangun dan dengan panik aku tutupi dadaku. "Evan, mau ngapain lo!" bentakku,

Evan hanya tersenyum saja dan dia berkata "Engga tadi laporan osis ketinggalan" lalu ngeloyor pergi, aku terduduk di meja membenahi Braku itu, namun Evan balik lagi, aku langsung panik menutupi payudaraku lagi Evan berkata "Umm btw, nice boobs u have.." lalu pergi lagi, aku hanya tersenyum tersipu ketika Evan pergi, entah kenapa aku merasa horny sekali sewaktu dia memujiku. Ketika aku sedang tersenyum Evan balik lagi dan memergoki ku sedang tersenyum tersipu..lalu dia berkata lagi "haha..lo seneng ya?, ah..nice butt too" lalu dia pergi lagi. Aku senang bercampur malu saat itu.

Aku melihat jam sudah menunjukan hampir pukul 6, karena ga ada celana dalam lagi, aku pulang hanya menggunakan rok cheers tanpa celana dalam.
Rupanya tanpa aku sadari kaos bekas cheers tadi yang basah aku letakkan di atas seragam putihku, sehingga seragam putihku itu ikut-ikutan basah. "Wah kebetulan, its show time!" kataku dalam hati, aku lepaskan Bra hitam miniku, dan pulang mengenakan seragam sekolah putih yang basah dan rok cheers yang mini tanpa pakaian dalam sama sekali. Aku menatap cermin yang ada di kelas itu, putingku yang masih mengeras tercetak jelas di seragam putihku yang ketat dan rok cheers itu sangat pendek sekali, bila aku membungkuk sedikit saja, pasti orang-orang bisa melihat bokong indahku.

"Sempurna" bisikku pada diriku sendiri. Aku bergegas pulang, ketika aku melintasi lapangan masih ada anak-anak kelas 2 sedang bermain basket, dan bola itu
memantul dekat tmpku berjalan. Cowok-cowok itu meminta tolong aku mengambil bola basket itu, aku tersenyum manis, membelakangi mereka dan dengan pantat menghadap mereka aku membungkuk mengambil bola itu, cowok-cowok kelas 2 itu langsung terdiam, mereka dapat melihat jelas pantat mulusku, bahkan vaginaku bila mereka lebih teliti lagi. Tapi kejadian itu tak berlangsung lama, hanya sekitar 5 detik-an dan aku berbalik badan melempar bola basket itu. Mereka hanya tersenyum saja ketika aku berbalik badan dengan wajah "tak tahu apa-apa".

Aku pun pulang naik mikrolet, untung saja langsung kudapatkan begitu aku keluar sekolah. Di mikrolet itu hanya ada 1 anak kuliahan *mungkin* dan 2 orang bapak-bapak aku sedikit menyesal karena di mikrolet itu tidak ada yang mukanya oke punya. Ketika memasuki Mikrolet aku agak membungkuk, pastilah pantatku itu terlihat jelas, pikirku dalam hati. Aku duduk di pojok, di depanku 2 orang bapak-bapak itu, aku duduk agak menyamping, namun tmp duduk mikrolet itu terlalu pendek. Dudukku jadi seperti berjongkok aku tutup kakiku rapat-rapat, tapi pasti pahaku bisa terlihat jelas oleh bapak-bapak itu. Aku pura-pura tidak tahu, anak kuliah itu pasti tadi sudah melihat pantatku waktu aku masuk tadi karena ia duduk dekat pintu, sekarang bapak-bapak ini menatapku dari atas sampai bawah.

Entah kenapa aku horny sekali ketka mereka memandangiku seperti itu, jadilah aku mulai berulah aku memutir2 kancing kedua baju seragamku, lalu perlahan, dengan wajah tidak melihat bapak-bapak itu aku melepaskan kancing keduanya. tanpa melepas kancingpun mereka sudah bisa melihat payudaraku secara jelas aku pikir, namun karena hari itu sudah gelap, dan lampu mikrolet remang-remang mungkin putingku tidak terlalu tercetak. Aku mendengar bapak-bapak itu menahan nafas waktu aku melepaskan kancing nomor dua itu dengan seksi. Kini aku semakin berani, entah kenapa dorongan untuk berbuat lebih ada dalam diriku. Aku pun tidak lagi memiringkan badanku, tapi menghadap lurus ke bapak-bapak itu, sehingga sekarang mereka bukan saja melihat payudaraku dari samping, tapi dengan jelas dapat melihat belahan dada dan separuh payudaraku apalagi putingnya tercetak jelas disitu, aku tersenyum menggoda kepada mereka, dan mereka balas tersenyum.

Asal kalian tahu, kancing bajuku hanya ada 4, jika sudah terbuka 2, berarti sudah separuh dari bajuku terbuka. Aku memilin2 kancing nomor 3, aku melihat anak kuliahan itu begeser mendekat, tak ingin ketinggalan pertunjukan rupanya. Aku memilin-milin kancing nomor 3 dan perlahan ku buka pahaku..aku yakin vaginaku yang basah dapat terlihat.

Aku membukanya sedikit saja, tanganku yang satu memilin-milin kancing baju nmor 3 dan satunya mengangkat rok-ku perlahan-lahan.
Ketika aku ingin melepaskan kancing nomor 3, aku mendengar seseorang memanggil. Aku menghentikan kegiatanku, nampaknya mereka kecewa. Aku menoleh ke belakang, rupanya Evan dalam mobil Jazznya waktu itu Jazz baru saja keluar, wah pokoknya mewah banget, ia memberikan isyarat untuk turun dan naik mobilnya, memang waktu itu lampu merah.

Namun tanpa kusangka-sangka bapak-bapak di depanku membuka lebar pahaku, dan yang satunya menarik rokku naik, aku berteriak sedikit. Lalu aku mengetuk mikrolet tanda aku ingin turun. Sebelum turun aku tulis nomor tlpku di tangan salah satu bapak itu entah apa maksudku, mungkin agar aku dibiarkan turun, mereka melepaskan pahaku. Aku menyiapkan uang receh lalu bergegas turun. Namun sewaktu turun aku sengaja membungkuk dengan belebihan sehingga pantatku terlihat semua, lalu aku rasakan tangan-tangan mereka mencubit dan memegang pantatku, aku membayar mikrolet dan sempat berkata. "Udah dulu ya live shownya" sambil tersenyum menggoda, mereka hanya tertawa-tawa saja.

Aku berlari menuju mobil Evan, dan langsung duduk di depan. Rokku tertarik naik sewaktu aku duduk buru-buru. Evan tersenyum ia bilang "Da..body lo oke banget..di rawat ya", eh agak canggung aku tp aku pura-pura cuek dan menjawab "thx, iya emang gw care banget sama body gw", suasana hening sejenak, "Da, mau makan dulu ga, lo pasti laper abis latihan cheers" suara Evan yang berat itu memecah keheningan aku cuma mengangguks aja, "eh tapi bayarin yah, gw ga ada duit" kata ku tiba-tiba, "Beres, tapi ada imbalannya ya" jawab Evan sambil tangannya berpindah ke pahaku, dan membelainya. "Eh..iyaa.." jawabku pelan menikmati sentuhannya, kami menuju ke Chitos, namun aku ingat kalau di Chitos ga boleh masuk pakai seragam. Maka aku sempatkan ganti baju di parkiran, dengan kaos bekas latihan tadi, sudah bau keringat tapi gimana lagi, sewaktu aku ganti baju Evan menciumku dan meremas dadaku lembut, aku membalasnya tapi hanya sebentar saja karena aku blg "Van, makan dulu yu, macem-macemnya nanti aja de" kataku tersenyum manja.

Evan melongo waktu dia sadar baju apa yang kukenakan. "Lo yakin Da mau pakai baju itu?" kata Evan berusaha meyakinkan diri, "iya emangnya kenapa.." jawabku cuek. Haha..baju itu sudah tidak lagi menutupi apa-apa, kaos itu berdada V rendah berwarna putih polos, bahannya sangat tipis karena itu kaos untuk latihan, sehingga tidak membuat badan panas. Dan kali ini ditambah dengan basah, lekuk tubuhku dan bayangan putingku tercetak jelas. "Udah la van cuek aja.."kataku, Evan hanya mengangguk-angguk lalu memencet tombol kunci mobilnya. "Kecuali kalo lo malu.." sambungku, "ah gila kali lo ya, jalan sama cewe secantik lo, seseksi lo, bisa malu gw?" jawab Evan spontan, aku hanya tersenyum geli saja.

Kami makan di Izzi Pizza, sewaktu kami makan aku tak luput dari pandangan orang-orang, ya cewe ya cowok, dan pandangannya macem-macem, ada cewe yang jealous ada yang jijik mungkin, ada yang kaget, tapi lebih banyak yang mupeng sih. Evan tidak makan banyak waktu itu, tangannya terus berada dibawah membelai-belai pahaku bahkan sampai terangkat rokku, terkadang aku membuka pahaku, sehingga jari-jari Evan kadang menyentuh vaginaku, pemandangan itu tentu saja membuat orang-orang kaget. Tapi nampaknya Evan juga cuek saja, jadi ya aku cuek saja.

Waktu sampai di mobil, Evan langsung menyergapku, menurunkan kusiku hingga tiduran, mencium bibirku dengan nafsunya dan langsung menarik payudaraku keluar dari bajuku melalui kerah V yang rendah itu, ia langsung menghisapnya
keras-keras dan jarinya mulai mengelus-elus vaginaku, vaginaku sangat basah, daritadi aku merasa horny banget dengan segala kelakuan gilaku, aku membuka pahaku lebar-lebar sehingga jari-jarinya lebih leluasa membuaiku.

Evan makin liar, kini jari-jarinya mulai disodok-sodok ke vaginaku, aku benar-benar terbuai, sebenarnya kaca mobil Evan termasuk 95% gelap, namun tidak dengan kaca depannya. Kaca depannya bening sebening aquarium, sehingga siapapun yang melintas pasti bisa melihat perbuatan kami, namun kami parkir agak jauh dan hari itu hari sekolah, sehingga Chitos tidak begitu ramai. Aku naikkan kakiku ke atas dashboard, dan membukanya lebar-lebar, namun tiba-tiba aku melihat seorang satpam memergoki kami dari kaca depan, aku pura-pura tidak tau saja, malah membalas ciuman evan dengan ganas, Evan pun makin liar mengelus- elus klitorisku dan mulutnya masih tetap di buah dadaku yang montok itu.

Satpam itu disitu sekitar 4 Menit, menonton kami hingga akhirnya ia mengetok kaca sebelahku, Evan terlonjak kaget dan ingin segera tancap gas, karena daritadi mobilnya sudah menyala. Namun aku memegang tangannya dan malah
membuka kaca itu, payudaraku sebelah masih keluar dari kerahku, dan rokku masih terangkat memperlihatkan vaginaku dengan bulu-bulu halus yang rapih. Satpam itu nampaknya kaget, namun denga sigap aku pegang tangan satpam itu
dan menaruhnya di payudaraku, tangan itu begitu kasar, berbeda dengan tangan Evan, Satpam itu diam tak berkutik, "Bapak mau ini kan.." kataku sambil menuntunnya meremas-remas payudaraku. Aku merasakan sensasi luar biasa, hingga mendesah-desah sendiri, Evan menonton kelakuanku hingga melotot. Satpam itu terlihat sangat menikmatinya, namun tiba-tiba aku berteriak "Van gas sekarang!!", Evan dengan panik langsung menginjak gas dan pergi dari situ.
Lalu Evan dan aku tertawa-tawa heboh, "Gila ya lo da, gw ga nyangka lo seliar itu" kata Evan, aku tersenyum menggoda, merapatkan tubuhku yang payudaranya masih mencuat keluar, dan berkata "Mau yang lebih liar.."

Evan lalu mempercepat laju mobilnya, namun tiba-tiba di tengah perjalanan dia bertanya "Da, maaf nih ya, tp lo cewe bayaran?" katanya pelan. Aku cuma tertawa saja, "Da serius, kalau bener bisa dibayar..." evan menghentikan kalimatnya "Kenapa lo mau bayar gw?" kataku cepat..Evan tersenyum dan mengangguk, "Van..buat lo gratis.." jawabku cuek. "Eh da, jadi bener lo cewe bayaran?" tanyanya lagi. Aku menggeleng, dia terlihat kebingungan.
"Engga, percaya ato ga gw masih virgin kalee" jawabku lagi, Evan melotot, "Beneran?" tanyanya ga percaya, "Mau bukti..?" tantangku, Evan diam saja, "Ini kan sekarang kita mau buktiin" jawabku sambil tersenyum. Evan hanya terdiam kebingungan.

Akhirnya kami sampai di sebuah rumah besar banget dibilangan Cilandak, ga jauh dari Chitos. Waktu hampir sampai Evan memintaku membenarkan pakaianku. Dan memintaku mendoblekan bajuku dengan baju seragam tadi, supaya tidak terlihat mencolok. Benar saja 2 satpam langsung membukakan pintu, Evan langsung memasukin garasi. Dan mematikan mobilnya, waktu itu sudah hampir pukul 9, aku pun turun dari mobil, dengan pakaian yang lebih rapih. Tersenyum pada satpam itu, satpam itu bertanya pada Evan "pacar baru den?" Evan hanya menjawab "Yoi donk pak!" sambil menggandeng tanganku masuk.

Rumah itu besaaar banget, tapi sepi ga ada orang, "Van pada kemana.." kataku pelan, "Nyokap udah meninggal waktu lahirin gw, bokap.. tinggal dirumah istri barunya, gw sendirian deh.." jawabnya singkat. "Ah udahlah yuk masuk.." kata Evan sambil menarik tanganku masuk ke kamarnya. Evan segera menutup pintunya dan menciumku dengan liarnya, tangannya segera menjelajah semua tubuhku, dalam posisi berdiri dia angkatnya rokku dan diremasnya pantatku. Namun tiba-tiba Evan berhenti, "Da, lo nginep sini aja ya, blg sama nyokap lo gih" katanya sambil melemparkan hpnya. Lalu aku meminta Evan menyalakan CD playernya dengan lagu-lagu hiphop "Ma..wanda ga bisa balik nih, masih latihan cheers" teriakku disela-sela musik yang kencang itu, "Oh iya-iya itu apa sih dibelakang berisik amat" kata mama balas teriak "Anak-anak lagi latihan ma, mungkin kalau kemaleman Wanda nginep rumah temen ya ma" jawabku lagi, mama hanya bisa menyetujui saja.

Selesai menelepon aku melihat sekeliling, tidak ada Evan, tiba-tiba Evan keluar dengan baju handuk putih, dan menarikku masuk ke kamar mandi. "Mandi dulu, lo bau asem" katanya sambil cengengesan, aku hanya bisa menurut saja.
Di kamar mandinya ada whirlpool, seperti jacuzzi, sudah dituang shower bath sehingga berbusa-busa, Evan melepas seluruh bajuku dan menggendongku masuk ke jacuzzi itu. Evan memandikanku dengan sangat lembut. Ia membelai seluruh jengkal tubuhku tapi dengan lembut sekali, berbeda dengan ketika di mobil tadi. Evan menarik tubuhku keluar dan menyuruhku berdiri dibawah shower, ia menyalakan air hangat dan membiarkanku membilas diri. Evan yang sudah tanpa busana itu memelukku dari belakang.

"adek"nya menyentuh pantatku, ditekan-tekannya adeknya itu, lalu Evan meremas payudaraku dari belakang, sambil tetap ditekan-tekan penisnya ke pantatku. Nafsuku bangkit, dibawah guyuran air hangat dari shower, Evan menciumi pundakku, dan leherku terkadang dijilatnya telingaku, membuatku bergetar-getar tersengat dengan birahiku. Aku membalikkan badan, dan mencium Evan, kami berciuman lama sekali, aku sudah horny sekali, ingin rasanya meminta Evan memasukkan penisnya, namun aku malu.

Lagi-lagi Evan menghentikan aksinya, ditariknya tubuhku lalu dikeringkan, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aku diperlakukan bagai Putri. Evan lalu mengeringkan tubuhnya sendiri lalu menggendongku ke tempat tidur. Ia menindihku dan menciumku lidah kami berpangutan, terkadang Evan menghisap bibirku, tangannya meremas lembut payudaraku, terus ke perutku dan lalu sampai di vaginaku. Di gesek-gesekkan perlahan jarinya di klitorisku, aku mendesah tidak karuan, Evan lalu menurunkan bibirnya menjilati leherku, pundakku lalu ke payudaraku, di gigit-gigit lembut putingku, sambil tangannya terus bergerilya di vaginaku. Aku memeluk Evan lalu berguling. Aku cium Evan dari bibir, dada, perut sampai ke penisnya. Penisnya besar dengan panjang hampir 20 cm dan diameter yang besar pula. Aku terbayang ngeri memasukkan benda itu ke vagina perawan ku.

Aku menjilati penis Evan, tiba-tiba Evan memegang kepalaku dan mendorongnya, sampai tersedak aku, benda itu tidak bisa masuk semua ke dalam mulutku aku bermain dengan penis Evan sekitar 10 menit, ketika tiba-tiba Evan membalikkan badannya hingga posisi 69, aku diatas. Evan menjilat vaginaku pelan, aku langsung mengejang, ini pertama kali aku dijilat di vagina. Tangan evan sesekali menyodok-nyodok vaginaku, sambil lidahnya disentil-sentilkan ke klitorisku. Aku benar-benar terbuai oleh nafsuku.

Aku sampai memohon pada Evan agar ia segera memasukkan penisnya, "Van, please van.."hampir nangis aku dibuatnya. Evan membuka pahaku lebar-lebar, dan mengarahkan penisnya ke vaginaku yang sangat basah itu.
"Aaashh.."desisku pelan, sakit tapi aku berusaha tak menunjukkannya, Evan kembali mendorongnya sedikit lagi, "Sshhshh.."Desahku antara sakit dan enak, "Ahhh.." Evan berteriak ketika seluruh penisnya masuk, aku meneteskan air mata, karena rasanya sakit
sekali, nampaknya Evan mengetahui hal itu ia tidak bergerak sedikitpun, memberi waktu vaginaku untuk menyesuaikan diri. Ketika aku sudah mulai terlihat tenang, Evan menggerakkan pinggulnya, menarik dan memasukkan penisnya dengan perlahan.
Tubuhku bergerak-gerak ga karuan, nikmatnya luar biasa. Makin lama Evan mempercepat gerakannya, aku pun berusaha menyeimbanginya, namun semakin aku bergerak semakin dekat aku menuju orgasme pertamaku. "Aaahh..terus van, oh yess..shitt..ahh" ceracauku
ga karuan, Evan nampaknya tau aku sudah hampir sampai, makin liar gerakannya, selain maju mundur, terkadang diputar-putar, membuatku melotot keenakan. Akhirnya tak berapa lama sampailah aku pada orgasmeku "Aaarrgh..aaaaaaaaaa...." teriakku melengking
Evan melotot, aku yakin dia menahan orgasmenya, karena pasti vaginaku mencengkram penisnya kuat-kuat saat itu.

"Ah gila van..enak banget" jawabku lemas dengan pandangan sayu. Evan hanya tersenyum, lalu dengan penis masih tertancap, ia menyedot-nyedot payudaraku, aku keenakan dibuatnya, sehingga horny lagi. Aku menggerakan pinggulku maju mundur, padahal Evan masih diam saja, tersenyum penuh kemenangan "Van, sodok donk, asshh..van cmon" pintaku memelas pada Evan, Evan malah melepaskan penisnya, aku melotot mau marah, tapi, Evan segera membalikkan tubuhku dan menggangkat pinggulku. Aku segera pasang posisi merangkak, bertumpu pada tangan. Evan memasuki vaginaku dari belakang, lalu memompanya dengan cepat, tangannya meremas-remas payudara 34 C ku yang bergoyang-goyang kesana kemari. "Ohhh..aahhh..Wandaa..m*m*k lo..aassshhh" ceracau Evan menikmati posisi tersebut, aku hanya bisa mendesah-desah keenakan, karena orgasme keduaku hampir datang "Van, terus van, gw mau keluar lagi", kataku ngos-ngosan.

Tanpa diduga, Evan menjabak rambutku "Aaaaaww" teriakku kesakitan, namun ia tetap memompa vaginaku jadi antara enak dan sakit, aku baru sadar ia mengangkat kepalaku agar melihat persetubuhan kami di cermin di samping tmp tidur itu, yang terletak di lemari, cermin seluruh badan. POsisi kami memang bukan di tengah tmp tidur, kaki Evan masih berada di lantai, Evan berdiri sementara aku posisi merangkak, sekarang posisiku setangah jongkok karena Evan menjabak rambutku, di cermin aku bisa melihat payudaraku bergerak-gerak, dan aku bisa melihat expresiku setiap kali Evan menyodok vaginaku dari belakang. Ini membuatku semakin bernafsu, dan makin dekat orgasme, "Van..gw mau keluar..assshhh" katalu terengah-engah, "Da, gw...juga..di da-lem..niihhh?" jawab Evan putus-putus karena sambil memompaku. "Iya di dalem aja, please, dikit lagi..aaashh.. sshhh.."jawabku cepat-cepat.

Evan semakin mempercepat gerakannya. Tangan satunya masih menjambakku, dan satunya lagi meremas-remas payudaraku. "AAAAAAAAAARRRGGHHH" teriak kami berbarengan, saat kami *ternyata* orgasme bersamaan "aasshhh..aaa" sambungku lagi, orgasmeku panjang sekali, aku bisa merasakan penis Evan menyemprot berkedut-kedut di dalam vaginaku.

Evan melepas jambakannya dan membiarka tubuhku terkulai. Evan menindihku dari belakang, membuatku ngos-ngosan, akhirnya penis yang masih tertancap itu ditarik oleh Evan, dan ia berguling ke samping. "Thx ya da.." katanya sambil mengelus-elus kepalaku.
Aku membalikkan badan dan merapatkan tubuhku, Evan memelukku. Namun tidak lama Evan berdiri dan menggendongku memandikanku lagi. Ketika kembali ke tmp tidur, Evan melihat bercak darah kevirginanku. Evan melotot dan melihat ke arahku kaget,
aku cengengesan dan berkata "bener kan gw masih perawan", Evan merasa bersalah, dan sejak saat itu kami resmi berpacaran.

Evan sangat mendukung hobbyku pamer-pamer tubuh, bahkan ia tidak mengizinkanku memakai BH ke sekolah. Nampaknya ia juga horny kalau melihat laki-laki lain memandangi tubuhku sampai melotot.
Akibat tidak pakai BH dan pakaian kelewat tipis, serta kelewat pendek. Aku sampai dipanggil kepala sekolah. Lain kali aku ceritakan pengalamanku bersama Kepala Sekolah , dan pengalaman-pengalamanku yang lainnya.
Sekarang aku masih pacaran dengan Evan, kami berdua kuliah di Bandung, dan hobbyku ini masih tetap berlangsung.

__________________
Tamat